Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka' Jubata....

Selasa, 20 Juli 2010

Cornelis: Kodam Memberi Rasa Aman


Pontianak (Borneo Tribune)--Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI George Toisutta terlihat ceria ketika keluar dari ruang VIP Bandara Supadio Pontianak, Kamis (1/7).

Dengan spontan, Jenderal bintang empat itu mengacungkan dua jari tandapeace ke wartawan foto yang mengabadikan dirinya bersama istri tercinta.
“Itu lambang perdamaian,” terang Ny. Hj. Nur Alam George Toisutta, seraya masuk mobil. Sikap Kasad yang bersahabat seperti itu, menjauhkan kesan angker sosok seorang militer di mata masyarakat.
Kasad bersama rombongan dari Mabes TNI ke Pontianak untuk meresmikan terbentuknya Komando Daerah Militer (Kodam) XII Tanjungpura, hari ini Jumat (2/7), sekaligus peletakan batu pertama pembangunan Makodam, di eks Markas Komando Resort Militer 121 Alambhanawanawai yang kini bergeser ke Sintang.
Dengan terbentukan satu Kodam baru, maka Pulau Borneo ini memiliki dua Kodam, yaitu Kodam VI Mulawarman yang meliputi wilayah Kaltim dan Kalsel, dan Kodam XII Tanjungpura yang meliputi wilayah Kalbar dan Kalteng.
Sementara itu Gubernur Kalbar, Cornelis dalam sambutannya di Pendopo Gubernuran malam tadi mengatakan, pembentukan Kodam di Kalbar untuk pembinaan teritorial dan memberi rasa aman sehingga pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat dapat berjalan.
Atas dukungan Pemprov dan DPRD Kalbar hingga Kodam terbentuk, Kasad mengucapkan terima kasih. ”Ini Kodam legendaris Kalbar. Kodam ini akan banyak mengalami hambatan, namun yakin bisa diatasi dengan kekuatan dan bantuan rakyat Kalbar,” kata George Toisutta sembari kembali menegaskan TNI tidak bisa ditawar-tawar.
Ditemui di kediamannya, Pangdam XII Tanjungpura Mayjen TNI Moeldoko, berjanji memberikan pengabdian yang terbaik bagi masyarakat Kalbar dan Kalteng, dalam kapasitasnya sebagai pimpinan.
Hal itu dijabarkan dia dalam bentuk pengamanan terhadap teritorial wilayah sesuai tugas pokok dan fungsi TNI, dari berbagai potensi gangguan dan keamanan daerah. Dirinya menyebutkan tiga program yang diusung untuk mengefektifkan kinerja Kodam, yakni membangun unsur kerja dan mekanisme hubungan kerja.
Karena segalanya masih baru, maka harus diperkuat. Kedua membangun harmonisasi dengan semua pihak, antara lain Pemerintah Daerah, pihak Kepolisian serta masyarakat. Ketiga melakukan sosialisasi atas keberadaan Kodam di Kalbar.
Khusus untuk program kedua dan ketiga, dirinya sangat mengharapkan dukungan dari media, dalam memberikan informasi yang cepat dan tepat tentang Kodam pada masyarakat. Terutama menepis kekhawatiran jika kehadiran Kodam di Kalbar bakal membatasi ruang gerak dan aktivitas masyarakat, justru dengan dibangunnya kembali Kodam semakin mendukung terciptanya keamanan dan ketertiban daerah. “TNI bukan untuk ditakui,” tegas Pangdam.
Menurut Pangdam, pengembangan organisasi Kodam tidaklah disertai dengan penambahan personil, tetapi cukup dengan mengoptimalkan personil yang ada.
Menyangkut pengamanan di kawasan perbatasan, selain menginventarisir segala potensi rawan, mengevaluasi kinerja selama ini, pihak Kodam juga menerima masukan dari masyarakat sebagai pertimbangan membuat kebijakan dalam pengamanan menyeluruh ke depan. Dirinya mengakui jika perubahan yang cepat di masyarakat harus segera direspon oleh TNI, baik secara institusi maupun personil. Konsekuensinya dinamika organisasi juga harus berkembang.

Harus Pro Rakyat
Kehadiran Kodam di Kalbar sejak awal mendapat kritikan dari kalangan mahasiwa, beberapa kekawatiran dan harapan muncul.
Ketua PMKRI Kalbar, Lidia NS, mengatakan, Kodam di Kalbar harus pro rakyat, karena institusi itu didirikan untuk memberi rasa aman bagi masyarakat, karena Kalbar berbatasan langsung dengan Malaysia. Lidia berharap jangan sampai ada Kodam malah kejahatan dan penyeludupan di perbatasan semakin merajalela.
“Mahasiswa tidak tinggal diam, mahasiswa akan selalu mengontrol keberadaan Kodam di Kalbar apakah member keuntungan malah menjadi institusi yang menakutkan masyarakat, Kita berharap TNI tidak bertindak seperti jaman ordebaru,” tegas mahasiswa semester delapan itu.
Sementara, Ketua Badan koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Kalbar, Ridwansyah, mengungkapkan, ada kekuatiran sekaligus harapan terhadap berdirinya institusi militer tertinggi di daerah, sehingga dia berharap tidak boleh suatu saat sampai terjadi tindakan refresif aparat terhadap masyarakat.
Kehadiran Kodam juga tidak diharapkan terlalu jauh mencampuri kebijakan pembangunan di daerah, karena keamanan suatu wilayah diciptakan bukan hanya dari kekuatan militer, namun bagaimana pembangunan itu bisa berjalan sesuai harapan masyarakat. “Kodam tidak menjadi alat preasure potensi di Kalbar, jika memang sudah terbentuk berilah rasa aman di masyarakat jangan malah sebaliknya,” tukas Ridwansyah.

0 komentar:

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger