Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka' Jubata....

Senin, 15 Maret 2010

Gubernur Cornelis “The Real Leader”


Pontianak--Gubernur Cornelis dengan gaya khasnya melenggang keluar halaman Gedung Kartini sekitar pukul 10.30 WIB, Sabtu (27/2). Orang nomor satu di Kalbar ini mengenakan stelan kasual putih lengan pendek serta celana panjang jeans berwarna biru.
Sebagai top eksekutif, Cornelis berjalan sendiri. Jangankan didampingi kepala dinas, ajudan pun tidak ada. Beliau tampil “single fighter”, seorang diri.

Menurut wartawan Borneo Tribune dan Borneo Metro yang meliput di kawasan “clash” Kartini, Cornelis berjalan kaki dari Pendopo yang jaraknya sekitar 300 meter. Pria yang terpilih menjadi Gubernur setelah memimpin Kabupaten Landak dua periode terjun langsung “mendamaikan” kelompok yang bersitegang. Yakni oknum kelompok FPI dan pembawa arakan naga.
Tampilnya Gubernur Cornelis di Kartini patut diacungi jempol. Demikian karena menurut Ki Hajar Dewantara, pendiri Muhammadiyah, “ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”. Menjadi pemimpin itu tampil terdepan memberikan contoh teladan, di tengah-tengah bekerja sesama tim, dan di belakang memberikan dukungan atau dorongan.
Nah, Gubernur Cornelis telah memberikan teladan kepada warga Kalbar bagaimana menjadi pemimpin yang ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso—tut wuri handayani.
Bahwa menjadi pemimpin tidak hanya membuka kegiatan seperti Gubernur bersama Menteri Pariwisata, Jero Wacik membuka Festival Cap Go Meh, (24/2) tetapi juga mengawal kata-kata keramat, “Bahwa damai itu indah. Hanya karena keamanan dan perdamaianlah pembangunan bisa terlaksana. Di mana tujuan pembangunan itu sendiri tiada lain agar rakyat bisa bekerja dengan tenang, kesejahteraan bisa diwujudkan.”
Gubernur Cornelis tampil di Kartini “single fighter” karena di alam bawah sadarnya, ia tidak hanya sekedar berkata-kata, tetapi bekerja. Ia menghayati ucapannya saat mengucapkan terimakasih kepada walikota, tokoh masyarakat maupun aparat. “Festival Cap Go Meh ini tak akan bisa terlaksana jika tak ada keamanan. Maka kita patut berterimakasih kepada Kapolda maupun jajaran. Termasuk sipil dan militer,” ujarnya di arena Festival Cap Go Meh yang dipusatkan di kawasan Jalan Diponegoro.
Tampilnya Gubernur Cornelis di Kartini saat adanya konflik “kecil” bukan untuk disanjung setinggi langit karena Beliau sendiri berpesan wanti-wanti kepada media agar tidak membesar-besarkan peristiwa naif tersebut. Kepada awak media—tentu tidak hanya kepada Borneo Tribune dan Borneo Metro—bisik-bisik—ada Humas memang meminta untuk tidak menurunkan berita konflik antara oknum FPI dan arakan naga di mana terjadi aksi serang disertai pengrusakan naga maupun layangan bogem mentah.
Memang secara visual Gubernur Cornelis tidak sendirian melerai mereka yang bersitegang. Di sisi kiri dan kanannya ada beberapa polisi berseragam lengkap. Tampak pula seorang wartawan Borneo Tribune dan Borneo Metro, Tantra Nur Andi.
Dilihat dari cara berjalan dan raut wajahnya, Gubernur jelas tampak tidak ada beban. Beliau berjalan gontai dan tarikan napasnya teratur. Sama sekali tak ada kesan bahwa “bentrok” antara oknum massa Front Pembela Islam (FPI) yang sedang berpawai Maulid Nabi Muhammad SAW serta kelompok massa pemain naga telah menyita perhatiannya secara berlebihan. Masalahnya berarti kecil.
Hal tersebut kelak kemudian terbukti bahwa Kota Pontianak aman-aman saja. Kegiatan Festival Cap Go Meh pun tuntas hingga penutupan. Kondisi yang sama terasa di Kota Singkawang.
Namun lepas dari itu semua, peran dan andil Gubernur Cornelis tidak kecil dalam masalah ini. Kita patut bersyukur punya pemimpin yang mau turun ke kancah peristiwa sehingga ledakan kecil tidak melebar menjadi besar. Pemimpin efektif memang pemimpin yang berpikir serta bertindak cerdas. Menurut Hermawan Kertajaya, “Low cost, hight impact—sedikit biaya, namun berdampak besar.”(borneotribune.com)

0 komentar:

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger