Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka' Jubata....

Kamis, 18 Februari 2010

Tolak Kekerasan, Gubernur Gunakan Pita Putih

Pontianak--Sejumlah wartawan cetak dan elektronik berkumpul di Tugu Deugulis Universitas Tanjungpura Pontianak. Tugu dimana ratusan bahkan ribuan aksi demonstrasi biasa dilakukan. Para jurnalis pun bisa meliput aksi-aksi yang dilakukan baik mahsiswa maupun eleman masyarakat di lokasi tersebut. Namun kali ini para pekerja media inilah yang menggelar aksinya. Aksi damai memperingati Hari Pers Nasional ke 64, pada 9 Februari 2010.

Menggunakan pakaian hitam-hitam bertuliskan “Intimidasi kebebasan pers menampalkan berita adalah kekerasan” berwarna merah putih. Di dada kiri tersemat pita putih, simbolisasi dari kesucian dari sebuah pekerjaan jurnalis sekaligus simbol anti kekerasan dan kriminalisasi pers.
Kekerasan pers menjadi tema yang diangkat para jurnalis ini. Mereka menilai bahwa kekerasan kerap terjadi.
“Bukan hanya kekerasan fisik tapi juga kekerasan psikis. Seperti teror dan intimidasi terhadap wartawan dalam pemberitaan,” kata koordinator aksi, Rizky Wahyuni yang juga Jurnalis Harian Borneo Tribune.
Padahal kata dia di era keterbukaan saat ini pers wajib menyampaikan segala informasi ke pada publik. Apalagi dalam mendapatkan informasi pers dilindungi Undang-Undang.
“UU 40/2009 tentang pers mengatur kebebasan pers di Indonesia. Dalam menjalankan peran dan fungsi profesi wartawan mendapatkan perlindungan hukum. Kalaupun ada yang merasa dirugikan dalam pemberitaan media, gunakan hak jawab atau cara elegan lain tanpa harus menggunakan kekerasan,” tegas dia yang pernah mendapatkan tindak kekerasan saat peliputan kampanye Boediono di Pontianak beberapa waktu lalu ini.
Untuk itu dihari pers ini dia mengharapkan menjadi momentum anti kekerasan terhadap para pelaku media. Apalagi pers merupakan pilar keempat dalam tatanan Negara demokrasi, setelah ekeskutif, legislatif dan yudikatif.
Ditandai dengan pita putih sejumlah jurnalis ini menyuarakan aksi stop kekerasan terhadap jurnalis. Pita tersebut dibagikan kepada pengendara jalan yang sedang stop di lampu merah bundaran Untan. Satu diantaranya yang mendapatkan sematan pita putih tersebut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kalbar, Kamaruzzam.
Aksi tidak berlangsung lama, karena mereka harus kembali menjalankan tugas peliputan. Di sela peliputan sejumlah jurnalis kembali membagikan pita putih kepada narasumber yang ditemui. Di Kantor Gubernur Kalbar sedang berlangsung acara pertemuan dengan Kedubes Singapura.
Sebelum memimpin pertemuan Gubernur Cornelis mendapatkan sematan pita putih di dada sebelah kirinya. Wartawati Borneo Tribune, Rizky menyematkan langsung di hadapan sejumlah wartawan dan Komandan Korem 121 ABW, Nukman Kosadi.
“Saya mengapresiasi kerja wartawan di Kalbar, selama ini hubungan antara kita sangat baik tidak ada kekerasan yang dilakukan pemerintah seperti yang terjadi di Philipina. Semoga kedepan hubungan dengan wartawan akan semakin baik,” kata Cornelis.
Dia juga mengecam tindakan kekerasan yang terjadi pada wartawan. Dicontohkannya kekerasaan yang terjadi pada 40 wartawan di Philipina saat meliput kampanye salah satu calaon Gubernur. Dia berharap tindakan seperti itu tidak terjadi pada jurnlasi di Kalbar.
Selain Cornelis, Danrem juga mendapatkan sematan pita putih. Beberapa kepala Dinas yang hadir juga mendapatkan symbol darai anti kekerasan tersebut. Diantaranya, Hazairin Kepala Dinas Pertanian.(borneotribune.com)

0 komentar:

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger