Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka' Jubata....

Selasa, 27 Oktober 2009

Mega Menang Telak di Landak


Landak (BORNEO TRIBUNE) Basis PDIP Kalbar di Kabupaten Landak tidak seperti umumnya pemilih Indonesia yang memilih SBY. Di Kabupaten yang pernah dipimpin Drs Cornelis, MH ini kubu Megawati-Prabowo menang telak.

Dari 14 desa yang sudah masuk di PPK Menyuke Megawati mengantongi 11.348 suara jauh meninggalkan SBY-Boediono (3.260) dan JK-Wiranto (319). Di Kecamatan Kuala Behe Mega-Pro meraih 2.532 sedangkan SBY-Boediono 1.385 dan JK-Win hanya 155. Begitupula di 5 desa masing-masing Sekendal, Serimbu, Jambu Engkangin dan Sepangah Mega-Pro menang 4.318 melesat jauh di atas meninggalkan SBY dan JK yang hanya 145 dan 152.
Hingga tadi malam suara yang terkumpul untuk Mega-Pro sebanyak 11.461, SBY-Boediono 3.808 dan JK-Wiranto 498. Adapun trend serupa juga terjadi bagi tanah kelahiran Jusuf Kalla di Makassar. Di Sulsel JK menang 63 persen. Sementara itu Antara melaporkan pelaksanaan `quick report` oleh RRI, hingga pukul 16:10 WIB, dari sekitar satu juta suara yang masuk, untuk sementara pasangan Capres dan Cawapres Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)- Boediono, meraih sekitar 62,13 persen secara nasional.
Sementara pasangan calon presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto meraih 19,60 persen dan Jusuf Kalla- Wiranto meraih 18,27 persen.
Direktur Utama (Dirut) Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Radio Republik Indonesia (RRI), Parni Hadi mengatakan, dalam melakukan `quick report` tersebut menurunkan sekitar 4.700 kontributor yang tersebar pada 60 stasiun RRI di seluruh provinsi di Indonesia.
"Setiap kontributor melakukan liputan pada tiga TPS," katanya.
Dia mengatakan, perolehan suara hingga pukul 16.10 WIB itu baru sekitar 60 persen dari yang diperoleh di lapangan.
"Angka tersebut dapat berubah setiap saat, dan diharapkan pada pukul 17.00 WIB semuanya sudah masuk.
Dia mengatakan, dalam melakukan, quick report tersebut, menggunakan metode random proporsional sampling, dengan memperhatikan berbagai aspek seperti "mapping" politik.
Langkah itu juga pernah dilakukan saat Pemilihan legislatif pada April 2009, dan angka yang diperoleh "comparable" dengan empat lembaga survei lainnya.
Quick report tersebut dapat dilakukan, karena ditunjang dengan infrastruktur yang ada antara lain, memiliki jaringan luas dengan 60 stasiun penyiaran yang tersebar pada 60 kota di seluruh provinsi Indonesia.
Selain itu juga ditunjang dengan kantor yang tersedia serta reporter,jaringan internet dan email, sehingga potensi itu dimanfaatkan.
"Ini dalam rangka optimalisasi sumber daya manusia dan aset RRI serta jaringan yang tersedia," katanya.
Menjawab pertanyaan dia mengatakan, quick report hampir sama dengan quick qount.
Melakukan quick report, melalui laporan tetap berdasarkan pada hitungan melalui reportase turun langsung ke TPS sampai selesai penghitungan.
Direktur Administrasi Keuangan LPP RRI, Niken Widisatuti mengatakan, jumlah kontributor yang bertugas berdasarkan proporsional dengan memperhatikan antara lain jumlah penduduk ataupun jumlah pemilih di suatu tempat. Juga melakukan pemetaan wilayah, dan pemetaan kekuatan partai politik. Langkah ini dilakukan jangan sampai kontributor terkosentrasi pada satu tempat, tetapi sebarannya itu harus secara proporsional.
"Dengan cara proporsional, itu supaya dapat data yang valid serta untuk menghindari "margin eror" dari quick report," katanya dan menambahkan margin eror dari quick report ini maksimal dua persen.
Sementara itu, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) mengemukakan, Capres Susilo Bambang Yudhoyono pasangan Cawapres Boediono (SBY-Boediono) pada Pilpres Rabu hanya kalah di Provinsi Sulawesi Selatan dari tujuh provinsi terbesar di Indonesia.
Pasangan JK-Wiranto unggul 63,45 persen di Sulsel, sedangkan SBY-Boedino hanya mendapat dukungan 33 persen. Sementara Mega-Prabowo hanya mendapat 3,55 persen.
"Awalnya masih imbang, tetapi suara JK-Wiranto naik drastis setelah isu SARA yang dikemukakan tim sukses SBY-Boediono di Makassar," kata Direktur eksekutif LSI, Denny JA, di Hotel Sari Pan Pacific saat memaparkan hasil survei LSI, Rabu petang.
Meskipun SBY-Boediono hanya mengantongi 33 persen di Sulsel, tetapi perolehan suara pasangan capres nomor urut dua ini ditujuh provinsi terbesar rata-rata di atas 20 persen.
Jika mengacu pada UUD 1945, kata Denny, perolehan suara SBY-Boedino tersebut menunjukkan dua pasangan ini sebagai pemenang Pilpres 2009.
Keunggulan perolehan suara capres SBY-Boedino tersebut terbesar di DKI Jakarta, yakni 70,14 persen, menyusul di Sumatera Utara 68,11 persen, Jawa Barat 64,03 persen, Banten 63,80 persen, Jatim 59,68 persen, Jateng 52,80 persen dan di Sulsel 33persen.
Sementara itu Mega-Prabowo unggul di Jateng yakni 38,24 persen, menyusul Jatim 30,83 persen, Banten 28,01 persen, Jabar 26,74 persen, Sumut 26,42 persen, DKI 20,25 persen dan Sulsel 3,55 persen.
Pasangan JK-Wiranto, unggul di Sulsel 63,45 persen menyusul Jateng, 8,97 persen, DKI Jakarta 9,61 persen, Jatim 9,50 persen, Jabar 9,23 persen, Banten 8,19 persen, dan Sumut 5,47 persen.
Secara nasional hasil sementara menurut LSI, Mega-Prabowo mendapat 27,27 persen, SBY-Boediono 60,17 persen dan JK-Wiranto 12,55 persen, dan Golongan Putih 28 persen.
Menurut Denny, prosentase Golput dibawah 30 persen tersebut menunjukkan Pilpres 2009 ini lebih semarak dibanding Pemilu legislatif dan Pilkada yang Golputnya masih di atas 30 persen.
Denny menegaskan, hasil survei LSI tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara akademis dengan "margin of error +/- 1 persen. Artinya, kalau ada perbedaan dengan KPU kemungkinan hanya satu persen plus atau satu persen minus.
Data tersebut diperoleh dari 2000 TPS di 33 provinsi dengan menggunakan metode multi stage random sampling dengan dukungan pengiriman data melalui SMS ke server.
Dari hasil "quick count" CIRUS bekerjasama dengan SCTV hingga pukul 16:45 WIB, SBY-Boediono berhasil meraih 60,20 persen suara, Megawati-Prabowo 27,49 persen, dan JK-Wiranto 12,31 persen suara, dari total suara yang masuk 99,9 persen.
Sedangkan quick count LSI-Trans Corp menghasilkan, SBY-Boediono meraih 60,84 persen, Megawati-Prabowo 26,57 persen, dan JK-Wiranto 12,60 persen dari suara yang masuk 99,34 persen.
Dari penelusuran di lapangan, SBY unggul dalam perolehan suara sementara di tempat pemungutan suara (TPS) Capres Jusuf Kalla di Menteng, Jakarta.
Pasangan SBY-Boediono pada TPS 19 di Taman Suropati, Menteng, dari 366 suara yang masuk memperoleh suara sebanyak 219 suara, JK-Wiranto 105 suara, Megawati Soekarnoputri-Prabowo 40 suara dan dua suara dinyatakan tidak sah.
Sementara itu di TPS 20 yang lokasinya berdekatan dengan TPS 19 di Taman Suropati, Menteng, pasangan Capres SBY- Boediono juga mengungguli JK-Wiranto dan Megawati-Prabowo.
SBY-Boediono juga unggul dalam penghitungan suara di TPS-01 Cendana, Gondangdia, Jakarta, dengan perolehan 210 suara atau 68 persen dari surat suara sah. TPS-01 Cendana terdapat 545 pemilih sesuai Daftar Pemilih Tetap(DPT) dengan jumlah pemilih menggunakan hak pilihnya 326 orang atau 59,8 persen.
Sementara di TPS 02 Jalan Tanjung Gondangdia, Jakarta Pusat, yang berjarak sekitar 100 meter dari TPS Cendana, pasangan SBY-Boediono juga unggul dengan perolehan 171 suara (68 persen) diikuti pasangan Mega-Prabowo 41 suara dan pasangan JK-Wiranto 39 suara, sedangkan 14 suara tidak sah..
SBY-Boediono meraih suara cukup signifikan di tempat pemungutan suara (TPS) 026 Kebagusan, Jakarta Selatan. Dalam pengitungan suara Pemilihan Presiden/Wapres 2009 di lokasi yang juga merupakan tempat pemungutan suara Calon Presiden Megawati Soekarnoputri, SBY-Boediono meraih 89 suara dari total surat suara sebanyak 232 lembar.
Namun, dalam penghitungan di tempat pemungutan suara ini, pasangan Megawati-Prabowo Subianto masih unggul dengan perolehan sebanyak 110 suara. Pasangan Jusuf Kalla-Wiranto berada di posisi ketiga dengan perolehan 21 suara.
Jumlah surat suara tidak sah dalam perhitungan yang berlangsung lebih kurang 45 menit tersebut sebanyak 12 lembar.
Pasangan capres-cawapres Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto menang mutlak di TPS 01 Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakang Madang, Kabupaten Bogor, dengan meraih 265 suara.
Peraihan suara pasangan capres/cawapres Megawati-Prabowo Subianto itu mengungguli pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono yang meraih 97 suara.
Sedangkan pasangan capres-cawapres Jusuf Kalla-Wiranto hanya memperoleh tiga suara di TPS yang merupakan lokasi Prabowo menyalurkan hak pilihnya itu.
Peraihan suara pasangan Jusuf Kalla/Wiranto itu masih lebih rendah dari jumlah kertas suara rusak sebanyak 32 surat suara.
Ketua KPPS 01 Desa Bojong Koneng, Nani Sumarni mengatakan, masyarakat yang menggunakan hak pilihnya di tempat itu berjumlah 397 orang atau 86,3 persen dari 461 pemilih yang terdaftar dalam DPT.
"Pasangan Mega-Pro siap menang siap kalah, asalkan pelaksanaan pilpres berjalan dengan fair dan bersih," katanya.
Prabowo juga menyatakan pihaknya siap memberikan ucapan selamat kepada pasangan capres-cawapres yang menang dengan cara terhormat.
Prabowo juga menyatakan kegembiraannya atas antusiasme masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya pada proses pilpres 2009.
SBY-Boediono unggul dengan meraup suara terbanyak di empat dari enam tempat pemungutan suara (TPS), di sekitar kediaman Jusuf Kalla (JK), Jl Haji Bau Makassar pada Pemilu Presiden (Pilpres).
Keenam TPS tersebut berada di Jl. Garuda, Kelurahan Kunjungmae, Kecamatan Mariso, Makassar, berjarak sekitar 200 meter dari kediaman JK.
Empat TPS yang dimenangkan SBY-Boediono yakni, TPS 02 dengan perolehan suara 123 sementara JK-Wiranto mendapat 121 suara dan Mega-Pro tujuh suara, TPS 07 SBY-Boediono meraup 270 suara, JK-Wiranto 94 suara dan Mega-Pro 10 suara.
TPS 09 SBY-Boediono 252, JK-Wiranto 92 suara dan Mega-Pro 12 suara, sementara di TPS 08 SBY-Boediono meraup 267 suara JK-Wiranto 80 suara dan Mega-Pro 20 suara.
Dua TPS lainnya, JK-Wiranto hanya menang tipis dengan perolehan suara di TPS 03 JK-Wiranto 184 suara, SBY 91 suara dan Mega-Pro 5 suara, sementara di TPS 04 JK-Wiranto unggul 158 suara, SBY-Boediono 111 dan Mega-Pro 9 suara.
Sementara itu, kendati melakukan pencentangan di Jakarta, di TPS 04, nama JK beserta istri, Mufidah Yusuf Kalla dan empat putra-putrinya masih tercatat dalam daftar pemilih tetap (DPT). Keempat putra JK tersebut yakni Musywirah Yusuf Kalla, Imelda Yusuf Kalla, Solihin Yusuf Kalla dan Chairani Yusuf Kalla.
Dua kerabat JK lain yang mencentang di Jakarta, juga masuk dalam DPT di TPS tersebut, yakni Rabiyatul Adawiyah dan Fathul Jannah.
Koordinator Central Data Penghitungan Cepat Lembaga Survei Indonesia (LSI), Deni Irtani mengatakan kemenangan pasangan calon presiden Jusuf Kalla-Wiranto hanya ditingkat elit, sementara kalangan bawah masih dikuasai oleh pasangan SBY-Boediono.
Deni Irdani mengatakan peroleh suara sementara pasangan capres JK-Win yang hanya 12,60 persen sudah diprediksi sebelumnya.
"Memang beberapa minggu terakhir perolehan suara SBY-Boediono sempat turun hingga tujuh persen pengaruh dari naiknya `performa` JK-Win dalam beberapa kali debat capres, tapi itu hanya tingkat elit," kata Deni.
Survei LSI dua minggu sebelum pemilu menujukan pasangan JK-Win mendapatkan suara sekitar 11 persen, Mega-Pro 12 persen dan dan SBY-Boediono 60 persen. Ternyata juga hasilnya tidak jauh berbeda pada Pilpres ini.
Deni menjelaskan, metode yang digunakan dalam penghitungan cepat (Quick Count) LSI adalah "Stratified duster random sample" pada 2.116 Tempat Pemungutan Suara (TPS) dari 450.000 TPS yang tersebar di seluruh Indonesia dengan tingkat kesalahan sekitar satu persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
"Saya kira TPS sebanyak itu cukup mewakili karena tersebar di seluruh provinsi di Indonesia," katanya.
Di Luar Negeri SBY-Boediyono Menang
Di luar negeri, pasangan SBY-Boediono menang mutlak dalam penghitungan suara sementara di TPS Kobe, Jepang dengan perolehan suara sebanyak 45 suara dari total suara sah sebanyak 66 suara.
Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) Kobe Masni Eriza mengemukakan hal itu di Kobe, Rabu, seusai penghitungan hasil suara di TPS Kobe.
Urutan kedua perolehan suara terbanyak diraih pasangan Jusuf Kalla-Wiranto (JK-Win) dengan meraih suara sebanyak 13 suara, sedangkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto (Mega-Pro) meraih delapan suara.
Pasangan bernomor urut dua itu (SBY-Berbudi) meraih suara terbanyak dari 66 surat suara sah, sedangkan sebanyak tiga surat suara dinyatakan tidak sah.
Di TPS Kobe sebanyak 17 warga negara Indonesia ikut memilih dengan menjadikan paspor sebagai identitasnya untuk mencontreng.
Jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) di PPLN Osaka (meliputi Osaka, Kobe dan Kyoto) tercatat sebanyak 3.412 pemilih.
Sementara itu, di TPS Tokyo pelaksanaan pilpres 2009 masih terus berlangsung dan baru pada malam hari diperkirakan selesai, termasuk hasi keseluruhan di TPS tersebut.
Jumlah total WNI di Jepang yang berhak menggunakan hak pilihnya tercatat sebanyak 17.407 pemilih. Sebanyak 13.995 terdaftar di PPLN Tokyo.
SBY-Boediono juga meraih kepercayaan besar dari para pemilih di Australia dengan membukukan kemenangan di atas 70 persen, berdasarkan penghitungan suara di tiga tempat pemungutan suara (TPS) Rabu malam.
Tiga TPS yang dimenangkan pasangan capres-cawapres Partai Demokrat (PD) yang mendapat dukungan 24 partai politik (parpol) itu adalah TPS KBRI Canberra, TPS Wollongong, dan satu TPS di lingkungan KJRI Sydney.
Presiden PIP Partai Keadilan Sejahtera Australia-Selandia Baru (PKS ANZ), Muhamad Arifin, mengatakan, berdasarkan laporan yang diterimanya dari TPS Wollongong, SBY-Boediono meraih 100 suara sedangkan pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto mendapat 11 suara dan Jusuf Kalla-Wiranto delapan suara.
"Dari 121 orang pemilih di TPS Wollongong, ada dua suara tidak sah," katanya.
Kemenangan gemilang pasangan SBY-Boediono yang turut didukung PKS, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Bulan Bintang (PBB) itu juga terlihat di salah satu dari tiga TPS di KJRI Sydney.
Arifin mengatakan, di TPS itu, presiden RI yang masih menjabat ini meraih 267 suara atau 80 persen dari total suara yang masuk sedangkan Mega-Prabowo berada di urutan kedua dengan 31 suara dan JK-Win sembilan suara.
Surat-surat suara di puluhan TPS lain yang tersebar di berbagai negara bagian yang menjadi tanggungjawab Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Sydney, Melbourne, Perth, dan Darwin masih dihitung Rabu malam.
Prestasi gemilang pasangan SBY-Boediono berlanjut di TPS KBRI Canberra. Menurut anggota PPLN Canberra, Raudin, pasangan ini menyabet 318 suara dari 411 suara pemilih.
Pasangan JK-Win mengantongi 58 suara dan Mega-Prabowo mendapat 21 suara, sedangkan 14 suara lainnya dinyatakan tidak sah, katanya.
Di seluruh Australia, terdapat 34.927 orang warga yang masuk DPT Pilpres 2009.
Dari jumlah itu, sebanyak 20.921 orang berada di daerah pemilihan yang menjadi tanggungjawab PPLN Sydney, 11.099 orang di Victoria dan Tasmania (PPLN Melbourne), 1.800-an orang di Australia Barat (PPLN Perth), 603 orang (PPLN Canberra), dan 504 orang lainnya (PPLN Darwin).
Pasangan SBY-Boediono untuk sementara unggul dalam pemilihan capres langsung yang diadakan di KBRI Beijing dengan perolehan suara 447 atau 82,47 persen.
"Untuk sementara pasangan SBY-Boediono mengungguli dua pasangan capres lainnya dalam pemilihan capres langsung," kata Ketua Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Beijing Krishna Adi Poetranto di Beijing.
Dalam pemilihan langsung tersebut urutan kedua ditempati pasangan capres dan cawapres Megawati-Prabowo sebesar 52 suara atau 10,33 persen dan pasangan Jusuf Kalla-Wiranto sebesar 18 suara atau 3,32 persen.
Sementara surat suara tidak sah, katanya, sebesar 21 suara atau 3,88 persen.
Menurut Krishna, hasil penghitungan tersebut masih bersifat sementara karena masih ada sekitar 500 surat suara yang akan ditunggu hingga H+10.
Khusus untuk masyarakat Indonesia yang memiliki hak pilih dan masuk dalam DPT, mereka tidak harus datang ke TPS di Beijing tapi bisa menggunakan pos untuk mengembalikan.
Jumlah masyarakat Indonesia yang bisa menggunakan hak pilih sebesar 1.410 orang.
Jumlah masyarakat Indonesia yang melakukan pemilihan capres menggunakan kartu identitas paspor sebanyak 149 orang.

Rakyat Pilih Figur
Pengamat politik Andrinof Chaniago mengatakan, kemenangan SBY-Boediono berdasarkan hasil hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga survei, membuktikan rakyat lebih memilih figur ketimbang partai politik (parpol).
"Dalam memilih presiden (pilpres), tidak sama dengan memilih partai (pemilu legislatif). Masyarakat lebih memilih figur, bukan berdasarkan asal parpol. Meski ada calon dari partainya, orang dari partai tertentu belum tentu akan memilih calon dari partainya tersebut," kata Direktur Center for Indonesia Regional and Urban Study (CIRUS) itu di Jakarta, Rabu.
Andrinof merupakan salah satu pengamat yang sebelumnya memperkirakan bahwa SBY-Boediono akan menang secara mutlak satu putaran dalam Pilpres 8 Juli 2009.
Menurut dia, SBY menang secara signifikan karena tidak memiliki pesaing yang kuat.
"Jusuf Kalla (JK) bukanlah figur terbaik untuk menjadi presiden. Dia figur terbaik untuk menjadi wakil presiden. Karena bukan figur terbaik jadi presiden menurut pilihan rakyat, maka sejak awal JK tidak bisa dipaksakan menjadi cares," katanya.
Alasannya, kata Andrinof, dalam beberapa riset sebelumnya tingkat keterpilihan JK sebagai capres hanya sekitar 2 sampai 3 persen. Hal itu membuktikan rakyat sudah punya kritera sendiri terhadap kriteria orang nomor satu dan nomor dua yang akan dipilih.
Dari survei LSI Januari 2009, tingkat keterpilihan SBY berada di urutan pertama dengan 43 persen, Megawati 19 persen, Prabowo dan Sri Sultan Hamengkubuwono X berada di urutan ketiga 5 persen, Wiranto 3 persen, Hidayat Nur Wahid dan Jusuf Kalla 2 persen, dan Amien Rais dan Akbar Tandjung 1 persen.
Menurut Andrinof, situasi akan berbeda apabila SBY menghadapi pesaing dari capres yang memiliki karakter kuat seperti Sri Sultan Hamengkubowono X.
Menjawab naiknya popularitas JK menjelang pemilihan melalui debat-debat yang ditampilkan, Andrinof mengakui posisi JK sempat menguat.
"Mungkin di lapisan menengah ke atas popularitas JK menguat. Namun kita harus melihat pemilih dari profil demografi dan mayoritas pemilih. Secara umum pemilih kita bukan yang rasional, sehingga perolehan JK secara keseluruhan kecil," katanya.

Andrinof juga meyakini SBY-Boediono akan menang satu putaran.
"Hampir dipastikan SBY-Boediono menang satu putaran dan bisa memenuhi tingkat sebaran 20 persen suara di 17 provinsi," katanya.
Menyangkut masa depan JK di Partai Golkar, Andrinof mengatakan amat tergantung kepada kepemimpinan di masa transisi.
"Tapi saya melihat Pak JK adalah orang yang sudah matang. Dia orang yang mampu membaca keadaan, dan bisa dengan cepat menyesuaikan diri. Kalaupun terjadi pergantian kepemimpinan di Golkar, akan berjalan dengan cara yang baik," katanya.
Ditanya kemungkinan masalah Daftar Pemilih Tetap (DPT) akan dipersoalkan pihak-pihak yang kalah, Andrinof mengatakan, SBY-Boediono tertolong keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memutuskan untuk membolehkan penggunaan KTP dan Kartu Keluarga bagi pemilih yang tidak terdaftar di DPT.
"Keputusan MK ini akan mempersempit ruang bagi pihak-pihak yang ingin mencari masalah," katanya. (Devi Zulkarnain)

0 komentar:

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger