Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka' Jubata....

Selasa, 27 Oktober 2009

Hari Mencuci Tangan Sedunia


CUCI TANGAN
Tanggal 15 Oktober dicanangkan sebagai Hari Mencuci Tangan Sedunia (HMTS) atau Global Hand Washing Day oleh PBB. Di Kalbar, HMTS dipusatkan di SD 20 Pontianak Kota. Gubernur Kalbar, Cornelis dan Ny Frederika Cornelis ikut memperagakan cara cuci tangan dengan benar. FOTO Rizky Wahyuni/Borneo Tribune


Pontianak (BORNEO TRIBUNE)--Mencuci tangan dengan sabun dapat mencegah penyakit. Untuk itulah tanggal 15 Oktober dicanangkan sebagai Hari Mencuci Tangan Sedunia (HMTS) atau Global Hand Washing Day oleh PBB. Di Kalbar, HMTS dipusatkan di SD 20 Pontianak Kota.

Gubernur Kalbar, Cornelis yang hadir dalam perayaan HMTS tersebut mengatakan gerakan ini sangat membantu mencegah penyakit masuk ke tubuh.
“Kuman paling mudah masuk lewat tangan, untuk itu kita berupaya mencegah penyakit dengan mencuci tangan yang benar di air mengalir sehingga dapat terhindar dari bibit penyakit,” kata Cornelis usai acara, Kamis (15/10).
Cornelis menjelaskan penyakit seperti diare 80 persen disebabkan tangan tidak bersih, selain cacingan. Mencegahnya, cukup dengan gerakan cuci tangan dengan sabun yang benar. Dia mengatakan indikator keberhasilan gerakan ini dapat dilihat berapa banyak diare dan cacingan di masyarakat.
“Kalau cacingan dan diare berkurang berarti berhasil gerakan ini,” ujarnya.
Untuk itu, jelas Cornelis pihaknya mengimbau kepada seluruh jajaran pemerintah di tingkat daerah dapat mensosialisasikan kepada masyarakatnya. Betapa pentingnya kesehatan degan cara menjaga kebersihan tangan.
HTMS di SD 20 dihadiri jajaran pemerintah Provinsi Kalbar, Pemerintah Kota Pontianak, perwakilan guru dan siswa-siswi sekolah dasar di Kota Pontianak. Dalam kesempatan tersebut Ketua Penggerak PKK Provinsi Kalbar, Ny Frederika Cornelis memperagakan cara mencuci tangan yang benar di hadapan seluruh tamu undangan.
Gubernur, Wakil Gubernur Crstiandy Sanjaya beserta istri, Wakil Walikota Pontianak, Paryadi beserta istri juga memperagakan mencuci tangan dengan benar. Satu persatu dari mereka mengikuti arahan yang diberikan Frederika.
Lebih lanjut Frederika menjelaskan cara mencuci tangan dengan benar. Satu persatu langkah diperagakannya. Basahi tangan dengan air dan sabun, gosok-gosok kedua permukaan telapak tangan. Gosok punggung tangan kiri dengan telapak tangan kanan dan sebaliknya. Sela-sela jari kedua belah tangan saling digosokkan. Gosok bagian luar jari-jari tangan kiri dengan telapak tangan kanan dan sebaliknya. Gosok seluruh bagian ibu jari satu persatu. Gosokkan jari-jari tangan kanan ke telapak tangan kiri dan sebaliknya.
“Bilas dengan air mengalir dan lap dengan tisu atau kain lap,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kalbar, M. Subuh mengatakan salah satu cara paling mudah mencegah penyakit-penyakit itu adalah dengan membiasakan diri mencuci tangan memakai sabun dengan benar.
Tangan merupakan anggota tubuh yang paling banyak bersentuhan dengan banyak benda di sekitar. Akibatnya, tangan dengan mudah menjadi perantara penularan penyakit golongan waterborne disease (menular lewat air) maupun foodborne disease (menular lewat makanan). Penyakit tersebut antara lain, diare.
“Pencegahan efektif dengan cara mencuci tangan sebelum makan atau melakukan aktifitas yang berhubungan daerah pencernaan kita, efektifitasnya mencapai 80 persen bahkan diluar negeri sampai 90 persne karena lingkungannya sudah bersih,” jelasnya.
Ditambahkan Subuh semua penyakit yang disebabkan virus, pencegahannya harus berhubungan degan higienis orang perorang. Seperti H1N1, H5N1, influenza, diare dan lain sebagainya. Sehingga begitu pentingnya cuci tangan bagi Negara dunia ketiga, dimana akses air bersih masih kurang. Kota Pontianak sendiri masih kurang dari 50 persen akses air bersih melalui PDAM.
“Untuk itu perlu gerakan orang perorang untuk menjaga kebersihan diri mencegah tertularnya penyakit. Saya yakin gerakan ini akan dapat diikuti masyarakat,” tukas Subuh.
Berdasarkan sebuah penelitian (Lorna Fewtrell et al), mencuci tangan dengan sabun mampu mengurangi kematian akibat diare hingga 44%. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan cara lain seperti intervensi pada titik-titik penggunaan air (39%), sanitasi (32%), edukasi (28%), penyediaan air (25%), dan intervensi pada sumber air (11%).(Rizky Wahyuni)

0 komentar:

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger