Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka' Jubata....

Senin, 26 Oktober 2009

Gubernur Kecewa, Masyarakat Tidak Kibarkan Bendera

Hentakun
Borneo Tribune, Pontianak

Imbauan Gubernur Kalbar, Cornelis, melalui surat edarannya No. 464/1879/Kessos-D, 23 Juni 2009 agar masyarakat mengibarkan bendera setengah tiang, Minggu (28/6) sebagai wujud penghormatan terhadap 21.037 orang korban pembantaian tentara Jepang tidak diindahkan.
”Hari inikan hari berkabung daerah. Di Kota Pontianak sendiri banyak yang tidak pasang bendera setengah tiang,” kesal Cornelis usai memimpin upacara tabur bunga di komplek Makam Juang Mandor.

Padahal sebelumnya, ia sudah menghimdau pengibaran bendera setengah tiang, mulai dari instansi vertikal, pemerintah daerah, lembaga pendidikan baik negeri maupun swasta, BUMN, BUMD, swasta, serta seluruh lapisan masyarakat Kalbar.
”Sebagai bangsa yang besar pengibaran bendera setengah tiang harus dilakukan sebagai penghormatan terhadap jasa pahlawan kita, jika sampai tidak memasang berarti kita kurang peduli, padahal Perda sudah ada dan sosialisasi sudah dilakukan pemerintah,” jelasnya.
Kesesalan Cornelis atasnama pemerintah tersebut cukup beralasan. Sebab pihaknya sudah membuat himbauan. "Kita sudah mengumumkan melalui media massa baik elektronik maupun cetak agar masyarakat Kalbar mengibarkan bendera setengah tiang, pada tanggal 28 Juni sebagai wujud penghormatan kepada para pahlawan yang telah gugur demi membela NKRI," kata Cornelis lagi.
Dari pantauan ANTARA di lapangan mulai dari Kota Pontianak hingga menuju Makam Juang Tragedi Mandor dengan jarak sekitar 70 kilometer hanya beberapa rumah yang mengibarkan bendera setengah tiang.
Berdasarkan data dari Surat Kabar Jepang "Borneo Shinbun", dalam kurun waktu tahun 1942-1945 rakyat Kalbar yang tewas sekitar 21.037 jiwa. Korban yang tewas adalah tokoh masyarakat, tokoh agama, pimpinan/Sultan dan Pangeran serta cendikiawan dan masyarakat pejuang lintas agama multi etnis. Sebuah areal perbukitan di Mandor, Kabupaten Landak, menjadi saksi bisu atas perjuangan rakyat Kalbar yang menjadi korban pembantaian oleh Dai Nippon dalam kurun waktu tersebut.
Untuk mengenang para korban, telah dibangun Makam Juang Mandor di areal tersebut dan diresmikan pada tanggal 28 juni 1977 oleh Gubernur Kadarusno. Hingga kini tanggal 28 Juni selalu diperingati Pemprov Kalbar dengan mengadakan ziarah bersama para ahli waris korban pembantaian.
"Kita melihat masyarakat cenderung acuh tak acuh sehingga tidak mau peduli terhadap imbauan seorang kepala daerah meskipun ajakan tersebut untuk mengenang Tragedi Mandor," kata Cornelis kesal.
Ia mengatakan, Pemerintah Provinsi telah menetapkan peristiwa Mandor berdasarkan Peraturan Daerah No. 5 tahun 2007 tentang Peristiwa Mandor. Oleh karena itu pada setiap tanggal 28 Juni, ditetapkan sebagai hari berkabung daerah yang diwajibkan mengisinya dengan kegiatan-kegiatan yang merenung dan memaknai perjuangan nasional tersebut.
Yuliana Yondon (75) salah seorang ahli waris korban kekejaman tentara Jepang, mengatakan sampai kapanpun ia dan keluarganya tidak akan memaafkan kekejaman tentara Jepang.
"Akibat kekejaman tentara Jepang yang telah menculik ayah saya Tance Layan (45) seorang Kepala Polisi Singkawang dan abang saya Tonce Lan Layan (25) yang juga anggota Polisi Singkawang pada waktu itu. Saya dan adik-adik saya tidak pernah merasakan kasih sayang orang tua," kata Yuliana yang pada waktu itu baru berumur (12).
Ia mengatakan, hingga saat ini keluarganya paling benci yang namanya orang Jepang. Adapun sejumlah tokoh yang menjadi korban kekejaman tentara Jepang, di antaranya Sultan Kerajaan Pontianak Syarif Muhammad Alqadrie (74), beserta kedua puteranya Pangeran Adipati (31), dan Pangeran Agung (26), JE Patiasina (51), NG Nyiap Sun (40), dan Lumban Pae (43). Korban lainnya, Panembahan Ketapang Gusti Saunan (44), Sultan Sambas Muhammad Ibrahim Tsafiudin (40), Penambahan Sukadana Tengku Idris (50), Panembahan Simpang Gusti Mesir (43), Panembahan Kubu Gusti Syarif Saleh (63), Panembahan Ngabang Gusti Abdul Hamid (42), Panembahan Sanggau Ade Muhammad Arief (40), Panembahan Sekadau Gusti Muhammad Kelip (41), Panembahan Mempawah Muhammad Taufiek (63), Panembahan Sintang Raden Abdul Bahry Daru Perdana, dr Rubini (39) dan Tji Bun Kie (wartawan).

0 komentar:

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger