Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka' Jubata....

Rabu, 28 Oktober 2009

Cornelis Susul Presiden Hadiri KTT ASEAN


Pontianak (BORNEO TRIBUNE)--Gubernur Kalbar, Cornelis yang tengah mendampingi rombongan Festival Indonesia Budaya Kalimantan 2009 di Melbourne Australia, mendadak terbang ke Hua Hin, Thailand.
Kehadiran Cornelis itu terkait permintaan langsung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menghadiri KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) ASEAN plus tiga Negara yakni Jepang, Korsel dan China.
Banyak agenda penting yang akan dibahas dalam KTT tersebut, utamanya terkait dengan Kalimantan Barat yang ditetapkan sebagai paru-paru dunia.

Sebelumnya, Cornelis dan rombongan dari empat provinsi di pulau Kalimantan melakukan promosi budaya dan pariwisata di negara Kanguru tersebut.
”Hari ini Pak Gubernur langsung terbang dari Canberra, Australia menuju Bandara Hua Hin di Thailand dan langsung bergabung dengan delegasi Indonesia di KTT ASEAN ke-15 tersebut,” kata Kepala Bagian Humas dan Protokoler Provinsi Kalbar, Johanes Numsuan Madsun, via telepon, Sabtu (24/10) siang.
Pada kesempatan itu pria yang akrab disapa Numsuan itu mengatakan, acara di Australia sendiri berlangsung sukses dan mendapat sambutan antusias baik warga Indonesia yang ada di sana, maupun masyarakat Australia.
”Ada sebagian dari mereka baru tahu ternyata Kalimantan itu masih wilayah Indonesia dan bagian penting dari Indonesia, dan mereka sangat menyukai seni dan budaya yang ditampilkan,” katanya.
Sementara itu, tepat pukul 11.25 waktu setempat (sama dengan WIB) Sabtu (24/10) Presiden SBY didampingi Ibu Negara Ani Yudhoyono dan beberapa menteri, mendarat di bandara Hua Hin, Thailand.
Ini adalah kunjungan SBY pertama ke luar negeri sejak dilantik kedua kalinya sebagai Presiden RI, 20 Oktober 2009 lalu. Di sela-sela KTT, Presiden SBY dijadwalkan akan melakukan pertemuan bilateral dengan PM Jepang Yukio Hatoyama dan PM India, Manmohan Singh.
Beberapa menteri yang meyertai Presiden SBY antara lain Mensesneg Sudi Silalahi, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Perdagangan Mari Pangestu, Menteri Pertanian Suswono, Menbudpar Jero Wacik, dan Jubir Presiden Dino Patti Djalal. Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa telah berada di Hua Hin sejak Jumat kemarin.
“Dalam KTT ASEAN kali ini, isu-isu tematik yang akan dibahas, antara lain, adalah connectivity, food and energy security, global economic and financial crisis, climate change, dan disaster management. Isu-isu ini semakin penting dan menjadi relevan dengan ASEAN karena beberapa permasalahan tersebut makin mengemuka beberapa tahun terakhir,” kata Dino Patti Djalal.
Presiden SBY memang berangkat sedikit terlambat karena harus memimpin rapat kabinet perdana bersama para menterinya.
Presiden SBY juga dijadwalkan mengikuti pertemuan tingkat tinggi BIMP-EAGA ke-6 antara Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
“Dijadwalkan adanya penandatanganan Agreement on Privilege and Immunities of ASEAN oleh para menteri luar negeri yang akan disaksikan para kepala negara/pemerintahan ASEAN. Pada kesempatan KTT ASEAN +3, para kepala negara/pemerintahan akan mengeluarkan dokumen, yaitu Cha-am Hua Hin Statement on ASEAN +3 Cooperation on Food Security and Bio Energy Development. Presiden SBY akan kembali ke tanah air pada hari Senin (26/10),” ujar Dino yang kini merangkal sebagai jubir dalam negeri.

Atasi Krisis Ekonomi
Para pemimpin Asia bertemu di Hua Hin, Thailand, pada akhir pekan ini untuk membahas cara-cara memperkokoh hubungan ekonomi dalam rangka membangkitkan kembali kawasan itu dari kemerosotan ekonomi global, kata para diplomat dan analis.
Dengan beberapa bagian kawasan masih dilanda bencana alam, para pemimpin juga diduga akan mencari cara-cara untuk meningkatkan kemampuan pertolongan dan memfasilitasi pengiriman bantuan kemanusiaan, kata mereka.
Konferensi tingkat tinggi (KTT) Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan pertemuan-pertemuan yang berkaitan dengan mitra-mitra penting regional, akan dibuka Jumat di kota pantai elit di Thailand ini di tengah ketatnya penjagaan keamanan.
KTT ASEAN melibatkan Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Mereka juga akan berunding dengan Australia, China, India, Jepang, Selandia Baru dan Korea Selatan.
Asia cepat pulih kembali dari resesi global dibandingkan dengan Amerika Serikat dan ekonomi negara-negara Barat, diperkirakan akan membahas pembebasan lebih lanjut arus perdagangan, investasi dan manusia di seluruh kawasan.
"Asia diperkirakan akan memegang peranan lebih besar di panggung global setelah dihimpit krisis ekonomi," kata seorang pejabat senior perdagangan Asia Tenggara kepada AFP.
"Integrasi adalah masalah penting untuk membuka potensi seluruh Asia. Kemudian kebangkitan kembali diperlukan untuk pertumbuhan berkelanjutan dalam jangka panjang, dan untuk itu kebijakan-kebijakan hukum harus dibuat sedini mungkin."
Bridget Welsh, seorang pakar Asia Tenggara pada Universitas Manajemen Singapura mengatakan, piagam ASEAN yang baru diratifikasi memberikan banyak akuntabilitas terhadap kemajuan integrasi ekonomi.
Integrasi adalah salah satu penyangga kerentanan ASEAN ke arah perubahan ekonomi global, kata Welch.
Meskipun demikian untuk mencapai hal itu akan memerlukan perjuangan berat, tambahnya.
Titik pusat upaya-upaya integrasi adalah tujuan ASEAN untuk membentuk pasar tunggal dan pangkalan manufaktur pada 2015, serta memperluas jaringan ekonomi dan perdagangannya termasuk dengan mitra-mitra perdagangan besar regional seperti China dan India.
"ASEAN sudah mengarah dengan tepat untuk berintegrasi ke dalam masyarakat regional pada 2015, sesuai dengan piagamnya," kata Sekjen ASEAN Surin Pitsuwan kepada para wartawan di Bangkok, Rabu.
Dia mengatakan bahwa dalam dasawarsa lalu, seluruh nilai ekspor kelompok ini melonjak tiga kali lipat menjadi 1,7 trilyun dolar dari 576 miliar dolar.
Perdagangan di kawasan dengan penduduk hampir 600 juta orang itu, juga meningkat empat kali lipat pada kurun yang sama, katanya pula.
Pada periode yang sama, perdagangan ASEAN dengan Jepang dan Uni Eropa juga meningkat tiga kali lipat, dengan China dan dan Australia bahkan mencapai 10 kali lipat, dan dengan India melonjak enam kali lipat, kata Pitsuwan menambahkan.
Menteri Luar Negeri Singapura, George Yeo mengatakan dalam pernyataan yang diterbitkan Rabu, bahwa salah satu masalah penting adalah bagaimana meningkatkan jaringan Asia Tenggara di ranah darat, udara, air dan teknologi informasi dengan negara-negara kuat Asia, China dan India.
Dia mengatakan, para pemimpin ASEAN akan menugasi kelompok ini untuk mengkaji secara detil perluasan jaringan-jaringan itu.(Tanto Yakobus)

0 komentar:

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger