Hentakun
Borneo Tribune, Pontianak
Hiruk pikuk kampanye Capres tidak membuat Badan Narkotika Nasional (BNN) kehilangan konsentrasi memberantas peredaran Narkoba di negeri ini. Permasalahan narkoba secara global dalam 10 tahun ini menurut Direktur Eksekutif United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) Mr. Antonio Maria Costa, peredarannya memang dapat ditahan tapi belum dapat diselesaikan. ”Pada tingkat regional terjadi pergeseran dari penyalahgunaan narkotika ke amphetamine type stimulants (ATS)”.
Seperti dijelaskan Kepala Pelaksana Harian Badan Narkoba Provinsi Kalbar, Kombes (Pol) Sugeng H, di Mapolda Kalbar, Rabu (24/6), ATS, adalah jenis narkoba yang relatif baru dan sedang berkembang di dunia, khususnya di Asia Tenggara dan termasuk Indonesia.
Ada berbagai jenis seperti amfetamin (tablet/suntikan), ecstasy (tablet), shabu (bubuk kristal), ATS menimbulkan problema fisik malnutrisi, gangguan jantung, ginjal, emboli paru, stroke, hepatitis HIV/AIDS. Sedang problema perilaku yang ditimbulkannya antara lain “perilaku agresif” confusion, paranoid, withdrawal, skizofrenia, depresi berat sampai suicide, halusinasi.
ATS juga menimbulkan problema sosial seperti tindak kekerasan, criminal activities, traffic accidents. Kematian karena penyalahgunaan ATS umumnya disebabkan antara lain akibat suicide, serangan jantung, tindak kekerasan seperti traffic accidents, dehidrasi, sindrom keracunan air.
Sesuai kondisi yang ada di Indonesia periode 2003-2008, UNODC menyebutkan, kasus narkotika naik rata-rata 30,39 persen pertahun kecuali tahun 2008 turun 12,27 persen namun untuk kasus psikotropika naik 55,52 persen pertahun. Sugeng juga membeberkan dua jalur peredaran Heroin ke kawasan Asia Pasifik temuan BNN.
Rute peredaran gelap heroin disebut golden crescent yang terdiri dari Iran, Pakistan dan Afganistan dan golden triangle yang terdiri dari Muangthai, laos dan Vietnam, semuanya ke region Asia Pasifik. ”Indonesia termasuk negara yang rawan dalam jalur peredaran tersebut,” ungkap Sugeng.
Tidak cukup itu di Kalbar, Sugeng juga menyebutkan telah terjadi peredaran narkoba jenis oplosan yang berasal dari sepuluh butir narkoba dioplos dengan serbuk semen dan serbuk racun nyamuk sehingga hasilnya bisa menjadi 40-50 butir narkoba jenis ekstasi seperti yang ditangkap di Polsek Pontianak Timur belum lama ini. Terkait semakin rawannya peredaran zat Psikotropika tersebut, BNN dan seluruh jajarannya sampai ke BNP gencar melakukan tidakan pencegahan seperti pengamanan jalur laut dan udara serta darat. ”Untuk saat ini sudah dilakukan atisipasi satgas Seaport dan Airport,” jelas Sugeng.
Untuk penanganan pasien kecanduan dilakukan BNP Kalbar menempatkan para pecandu di Wisma Sirih Sungai Bangkong Pontianak, sudah ada lima pasien rehabilitasi dan yang dikirim ke pusat rehabilitasi Lido di Jawa barat milik BNN sembilan pasien dari quota sepuluh orang, sehingga tinggal satu orang pasien dari Kalbar yang akan dikirim.
Rutan khusus
Terkait rawannya peredaran Narkoba di Kalbar, Gubernur Kalbar Cornelis, ketika menerima Menteri Hukum dan Ham, Andi Matalata, Rabu (24/6) di Pontianak, mengatakan, sudah layak, jika pemerintah mendirikan rumah sakit khusus narkoba sebagai pusat rehabilitasi korban kecanduan narkotika yang memang membutuhkan penanganan khusus.
Di Kalbar juga sudah layak dibangun rumah tahanan (Rutan) khusus narkoba, karena semakin hari masalah narkoba semakin rumit, sehingga harus ada rutan khusus, sehingga narapidana umum tidak bisa digabungkan dengan tahanan narkoba. BNP menyebutkan, sampai Juni 2009, terjadi 111 kasus narkoba yang ditangani Polres dan Polda Kalbar.
Pentingnya keberadaan rutan khusus narkoba menurut Sugeng karena berbahaya kalau tahanan narkoba disatukan dengan tahanan kriminal lainnya. ”Narkoba itu perang dengan kejahatan sosial, pemakai, mentalnya harus disembuhkan kuatirnya kalau narapidana umum akan terjangkit kecanduan narkoba dari pemakai yang satu tahanan, pemisahan dari tahanan lain juga untuk mempermudah penyembuhan dari kecanduan,” ungkap Sugeng.
Menteri Hukum dan Ham Andi Mattalatta usai meresmikan Kanwil Dephumkam Kalbar, Rutan kelas II beberapa Kabupaten Kota dan rumah penitipan benda sitaan negara kelas I Pontianak, Rabu (24/6) mengakui kalau di Indonesia memang kekurangan Rutan, sementara penghuninya 130 ribu tahanan, Rutan di Indonesia hanya bisa menampung 80 ribu tahanan untuk saat ini. Andi tidak menampik jika memang di Kalbar mau mendirikan Rutan khusus narkoba, namun menurut Andi tetap akan terbentur kendala klasik yaitu masalah anggaran.
”Sama halnya dengan mendirikan Lapas Wanita di kalbar, Rutan Narkoba juga prioritas pemerintah, namun kembali ke masalah anggaran, idealnya setiap privinsi ada rutan narkoba dan lapas wanita,” jelas Andi.
Daud Cino Yordan, atlet tinju profesional Kalbar dihubungi Senin lalu mengharapkan ke rekan-rekan muda Kalbar, daripada menghabiskan dengan hal-hal yang tidak benar atau hal-hal negatif, lebih baik digunakan untuk hal yang berguna seperti olahraga atau mengembangkan diri agar berprestasi sehingga bisa membawa harum nama daerah maupun negara.

Senin, 26 Oktober 2009
Cornelis: Harus Ada Rutan Khusus Narkoba
Diposting oleh
Drs.Cornelis,MH
di
19.45
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar