Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka' Jubata....

Jumat, 02 Januari 2009

Setelah 42 Tahun, Rumah Itu Terbuka


Gubernur Cornelis membaur bersama rakyat membakar ikan di halaman pendopo gubernur Kalbar menyambut malam pergantian tahun dari 2008 ke 2009. FOTO Lukas
=================

Hentakun
Borneo Tribune, Pontianak

Siapa yang tak tahu rumah megah berdiri di Jalan A. Yani, lengkap dengan air mancurnya dan ornamen etnik nan indah? Di jalan masuk rumah tersebut tampak penjagaan petugas Satpol PP. Bila sudah begitu, lengkap sudah aturan protokoler yang memagari rumah dinas Gubernur Kalbar. Pengunjung atau tamu, mesti mendapat ijin dari petugas jaga. Dan tentu ada pertanyaan terkait maksud dan tujuan berkunjung. Bagi yang paham, itu wajar, karena tugas dan tanggung jawab menjaga orang nomor satu di provinsi ini harga mati, karena dia adalah pejabat negara.

Selama 42 tahun rumah tersebut terkesan angker bagi masyarakat awam. Wapimred Borneo Tribune, Tanto Yakobus mengatakan, sebelumnya rumah itu “sakral”. Hal senada dikatakan, Kabag Humas dan Protokoler Provinsi Kalbar, Hamdan Harun. “Ini baru pertama kali terjadi, pendopo terbuka untuk semua lapisan masyarakat, sebelumnya tidak pernah,” ujarnya.
Hamdan Harun, menjadi saksi hidup setiap pemimpin yang mendiami rumah itu, dia tahu persis berbagai karakter pemimpin Kalbar dari masa ke masa. Nasir, pegawai Humas Provinsi Kalbar juga menyampaikan hal yang sama, dia dan beberapa pegawai lainnya tidak bisa menyembunyikan kegembiraan dan kesenangan kepada pemimpin yang mau membaur dengan pegawainya.
Rumah tersebut, sebelum kepemimpinan Gubernur Cornelis, memang sakral, tidak semua orang bisa masuk. Hanya orang yang benar-benar perlu dan melalui banyak birokrasi baru bisa masuk, apalagi untuk bertemu gubernur. Namun, tahun 2008, aura rumah itu berubah, dia menempatkan dirinya sebagai rumah rakyat, sehingga, sejak Natal sampai Tahun Baru, rumah tersebut akrab dengan rakyat. Rakyat bisa masuk tanpa melalui pemeriksaan ketat, asal melapor saja.
Sejak masuk ke rumah dinas itu, Cornelis memang membuka pintu lebar-lebar bagi masyarakat luas, tampa melihat asal-usul, latar belakang. ”Silakan siapa saja yang ingin memakai pendopo, ini rumah rakyat,” ujar Cornelis suatu ketika.
Kejadian pertama kali dalam sejarah rumah mewah yang sakral tersebut mengundang beragam komentar masyarakat, ada yang mengatakan seperti mimpi bisa menginjakkan kaki di rumah yang lantainya dari kayu ulin tersebut, karena sebelumnya tidak pernah.
Malam pergantian tahun 2008 ke 2009, pendopo menggelar pesta kembang. Rakyat terkesan malu-malu masuk ke rumah itu, mungkin karena sindrom 42 tahun lalu membuat rumah itu angker dan terkesan menakutkan.
Saya mengamati masyarakat yang membawa serta keluarganya melihat pesta kembang api di rumah dinas itu, di tengah kemacetan Jalan A. Yani. Pertama, mereka hanya menyandar di pagar pintu masuk sebelah kiri rumah, pintu perlahan-lahan digeser, ujung roda depan motor perlahan masuk, seseorang dengan berani membuka pintu masuk rumah itu sebelah kiri selebar 1 meter, tanpa komentar.
Semua berjubel masuk, sampai mendekati kediaman gubernur yang waktu itu masih sibuk menerima masyarakat datang yang ingin bersalaman, sambil sesekali bersama istrinya mengipas-ngipas ikan bakar di pemanggang. Sepertinya, kerinduan masyarakat bertemu langsung pemimpin tercinta pilihan nurani mereka terobati. Kendaraan roda dua tadinya terparkir di trotoar A. Yani lengkap dengan pengendaranya memenuhi jalan masuk rumah itu, baik di pintu masuk sebelah kiri, maupun kanan. Sudah tidak ada batas lagi, memang harus di akui, itu rumah rakyat, Gubernur Cornelis pun sering mengatakan, “Ini rumah rakyat”.
Mengenakan kaos berkerah warna putih celana panjang hitam, didampingi isteri tercinta, Cornelis antusias menyambut masyarakat yang datang. Cornelis berharap masyarakat terhibur. Dia telah membongkar mitos rumah dinas Gubernur Kalbar yang selama ini sakral. “Berarti masyarakat belum pernah melihat bagaimana cara kita melepas tahun lama menerima tahun yang baru di rumah Gubernur,” ujarnya. Seiring bergantinya tahun, Cornelis berharap kedepan, sesuai dengan kembang api yang bercahaya itu agar kita lebih cerah lagi.
Mungkin itulah sosok pemimpin yang merakyat. Selain mencintai rakyatnya, dia sanggup mendengar keluh kesah rakyat di tengah keterpurukan hidup akibat krisis. Mereka tidak mengharapkan yang lebih dari sang pemimpin, hanya satu, bisa menjadi tempat berteduh manakala kemiskinan terus menggerogoti hidup mereka membuat mereka capek untuk melangkah. Rakyat Kalbar butuh pemimpin yang bisa diteladani, mudah-mudahan rumah yang indah tersebut sejak malam itu tetap terbuka untuk selamanya.

2 komentar:

United States Of All-Borneo mengatakan...

Governor Cornelis memang governor rakyat.

charity white mengatakan...

Halo,
Ini untuk memberi tahu publik bahwa Ny. Charity White, pemberi pinjaman swasta memiliki peluang finansial bagi semua orang yang membutuhkan bantuan keuangan, membayar tagihan, berinvestasi dalam bisnis baru atau untuk meningkatkan bisnis Anda. Kami memberikan pinjaman dengan bunga 2% kepada perusahaan dan perorangan. Tidak membutuhkan banyak dokumen, juga syarat dan ketentuan yang jelas dan sensitif. Hubungi kami melalui email: (charitywhitefinancialfirm@gmail.com) Kami akan memberikan layanan terbaik kami.

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger