Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka' Jubata....

Senin, 19 Januari 2009

Rekam Jejak Cornelis-Christiandy

SEMUA HARUS KOMPAK DALAM PEMBANGUNAN



Hentakun
Borneo Tribune, Pontianak

Sejak Pemerintah Orde Baru berkuasa, sumber daya alam Kalbar yang melimpah dan sudah diekspoitasi bagi pembangunan, tidak memberi kontribusi berarti bagi pembangunan Kalbar. Begitulah, Gubernur Kalbar, Cornelis, mengungkapkan dalam suatu wawancara khusus di Pendopo, Jumat (16/1).

Pembangunan malah membuat masyarakat bertambah miskin. Terbelakang di bidang pendidikan. Menanggung dampak lingkungan akibat eksploitasi hutan oleh HPH zaman Orde Baru. Akibatnya, terjadi banjir, longsor dan kebakaran hutan karena pembukaan lahan perkebunan.
Berangkat dari pengalaman pahit itu, Cornelis bersama Christiandy Sanjaya, mencalonkan diri menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Kalbar, periode 2008-2013. Pasangan ini, terpilih sebagai pemimpin dalam pemilihan langsung yang dilakukan. Hanya satu putaran. Kemudian, keduanya dilantik pada 14 Januari 2008.
Dalam visi dan misinya, membawa keinginan masyarakat terciptanya iklim investasi yang kondusif. Tujuannya, demi percepatan pembangunan di segala bidang. Juga terlibat langsung dalam pengelolaan pembangunan. Masyarakat menginginkan terwujudnya keseimbangan pembangunan, baik dalam dimensi ekonomi, sosial dan ekologi, untuk menuju pembangunan berkelanjutan. Masyarakat menginginkan sosok pemimpin yang memiliki jiwa kerakyatan. Mampu membawa perubahan lebih baik, melalui pemimpin yang melayani.
Tidak heran, beberapa persoalan yang mestinya diselesaikan di kabupaten, tetapi masyarakat tetap mengadu ke provinsi. Seperti, masalah izin kebun yang dicabut. Masalah Perum IV yang tidak mau bergabung ke KKU. Hal tersebut terjadi, karena di kabupaten/kota, masyarakat tidak mendapat keputusan memuaskan.
“Kalau memang itu bisa diselesaikan di kabupaten karena menyangkut kewenangan diserahklan ke kabupaten. Kalau itu kewenangan provinsi, langsung diberikan keputusan,” kata Cornelis.
Lalu, apa yang membuat gubernur mau menemui warganya?
Menurutnya, karena sikap egaliter. Sehingga masyarakat tidak sungkan bertemu dengannya. Itu yang membuatnya berbeda dengan gubernur terdahulu.
Ia merasa dan mengalaminya sendiri. Susah untuk ketemu gubernur. Alasannya, karena gubernur dipilih dewan. Kalau tidak perlu benar, tak bakal pergi. Apalagi kalau hanya berbincang-bincang saja.
“Dengan saya beda. Mau rakyat atau pejabat, mereka perlu dengan kita, harus kita layani. Inilah tanggung jawab gubernur pilihan rakyat,“ katanya.
Kini, pada 14 Januari 2009, setahun sudah kepemimpinannya. Ia menyatakan bahwa, selama satu tahun kepemimpinannya, pencapaian yang dilakukan, baru menyangkut masalah internal. Terutama melaksanakan tugas dalam aturan yang berlaku, yaitu menyangkut penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM). Penyusunan Susunan Organisasi Pemerintah Daerah (SOPD). Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
“Hasilnya belum kita lihat dengan jelas di masyarakat,” kata Cornelis.
Misalnya, sekarang ini Kalbar, terkendali dan bisa dilihat hasilnya. Tapi, ada beberapa kemajuan dicapai, dalam bidang ekonomi dan hubungan antar etnik. Semua diberi porsi sama. Terutama dalam semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pada 2009, ia menargetkan program pembangunan pariwisata. Sesuai dengan potensi alam, daerah, dalam rangka pengembangan ekonomi kerakyatan. Pariwisata bisa mendatangkan turis manca negara. Dengan membuat kegiatan budaya yang berasal dari berbagai etnik secara terjadwal di Kalbar. Membuat potensi pariwisata bernilai ekonomis, sehingga menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Terkait hal itu, ia akan membenahi sarana infrastruktur. Terutama menyangkut transportasi, agar akses ke tempat pariwisata lebih mudah. Juga melakukan pembenahan jasa tour dan travel, supaya lebih profesional. Disertai membangun kesehatan, pendidikan, tanaman pangan dan infrastruktur, penanggulangan kemiskinan, lapangan pekerjaan.
Yang di pedalaman juga akan dilatih supaya bisa terampil. Seperti, pelatihan di bidang pertanian, perkebunan, elektronik, tukang, dan lainnya. Ini terkait dengan konsep pemberdayaan masyarakat. Ada upaya menciptakan lapangan kerja. Ada upaya menyediakan bibit, membantu pembinaan, keterampilan masyarakat. Sehingga masyarakat bisa memelihara ikan dengan baik. Supaya hasil ikan bisa baik dan tidak terkontaminasi bahan beracun, harus ada bimbingan dan penyuluhan dari aparat pemerintah.
Dalam bidang pertanian, akan dibantu bibit tanaman pertanian. Juga mengadakan penyuluhan, walaupun ada keterbatasan peralatan, seperti traktor. Khusus bantuan bibit, titik beratnya pada daerah rawan banjir. Sehingga target minimal dalam bidang pertanian, bisa memenuhi keperluan daerah sendiri. ”Potensi Kalbar luar biasa, untuk pertanian tanaman pangan,” kata Cornelis.
Dalam bidang investasi perkebunan, Cornelis menginginkan masyarakat mengelolanya dengan baik. Sehingga dapat bekerja sama dengan para pemilik modal. Antara pemilik modal dengan masyarakat harus seimbang. ”Jangan sampai pemilik modal lebih banyak untung, masyarakat di daerah hanya jadi kuli,” katanya mengingatkan.
Mengenai hal itu, mekanismenya perlu dipikirkan. Misalnya, apakah bentuk saham atau dalam bentuk bagi hasil. Harus dicarikan jalan keluar yang terbaik. Sehingga ada keseimbangan perkebunan di daerah itu, supaya masyarakat bisa mendapat lapangan kerja dan menjadi bagian dari perusahaan. Masyarakat sebagai pemegang saham atau diikutsertakan dalam perusahaan.
Begitu juga dengan pengelolaan hasil laut berbasis pemberdayaan nelayan.
Terkait dengan pencapaian visi dan misi, terutama pendidikan, Cornelis terbuka. Di bidang pendidikan, ia menaikan anggaran pendidikan dari 6 persen menjadi 13,44 persen. Juga akan memberi beasiswa bagi yang tidak mampu secara ekonomi. Pembangunan masyarakat pedalaman merupakan pekerjaan tersendiri. Terutama, bagaimana memenuhi keperluan guru, buku-buku, gedung, dan sumber daya manusianya.
Bidang infrastruktur, prioritas utama adalah jalan provinsi dan jalan negara, yang menjadi urat nadi perekonomian rakyat. Targetnya, pada 2009-2010, semua jalan itu bisa dilalui dengan baik.
Untuk menghadapi tantangan krisis global, terutama dengan jatuhnya komoditas dan harga karet, Gubernur Cornelis mengajak masyarakat memahami, bahwa karet dan sawit diperlukan dunia.
Kalbar masih ada cadangan yang bisa dijual. Mereka masih tetap perlu, terutama karet dan sawit. Kedua komoditas itu, suatu saat akan membaik. Hal yang perlu juga dilakukan adalah, memperkuat ekonomi lokal. Diantaranya, bagaimana memperkuat sektor pangan. “Supaya kita tak kalut beli beras dari luar,“ kata Cornelis.
Nah, setelah setahun kepemimpinannya, ada beberapa hal yang ingin disampaikan. Pertama, masyarakat jangan terlalu banyak mengharap. Alasannya, mengurus negara bukan dirinya sendiri. Kedua, kewenangannya terbatas. Pendanaan terbatas. Jadi, semua harus bahu membahu. Mesti ada kekompakan. Persoalan yang sudah puluhan tahun terjadi, seperti kemiskinan, keterbelakangan, infrastruktur, dan lainnya, tidak bisa begitu saja diselesaikan dengan cepat.
”Semua bertahap dan berproses ke arah penyelesaian,“ kata Cornelis.

1 komentar:

ahe ja kita mengatakan...

saya mendukung kerja bpk, semoga kalimantan barat bisa menjadi kalimantan barat yang berkelanjuttan

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger