Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka' Jubata....

Jumat, 17 Oktober 2008

Wujud Nyata Toleransi Etnis dan Agama

Tajuk Harian Borneo Tribune, edisi Rabu (8/10/2008)


Alangkah indahnya di hari raya lebaran Idul Fitri para pemimpin duduk berdampingan, kendati berbeda etnis dan agama. Suatu langkah harmonisasi etnis yang melangkah jauh masuk ke dalam hati sanubari sekaligus menepis anasir aktivasi etnis di Pilkada Gubernur akhir tahun 2007 lalu.

Pada malam takbiran lalu, Selasa (30/9) Gubernur Kalbar Drs Cornelis, MH berbaur bersama umat Islam di Pendopo dinasnya. Orang nomor satu di Kalbar hasil Pilgub Nopember 2007 ini didampingi Ketua DPRD Kalbar, Ir H Zulfadhli dan pejabat teras Pemprov Kalbar. Berbagai macam rupa-rupa tradisi menyambut lebaran digelar di tempat tinggal gubernur itu.
Ada bedug yang ditabuh berkolaborasi dengan drum perkusi anak-anak muda yang tergabung di Pontianak Drummer Club. Ada lima buah meriam karbit yang diletakkan di halaman pendopo. Sejumlah warga juga sudah bersiap mengikuti pawai takbiran.
Gubernur Cornelis sebagai tuan rumah menyambut satu persatu para tamunya. Ia menunjukkan eksistensi diri sebagai pemimpin nasionalis. Ia berdiri di tengah-tengah sebagai milik publik.
Sebagai Gubernur, Cornelis yang saat kampanye Pilgub dinilai mengaktivasi etnis Dayak
membuktikan dirinya sangat nasionalis sejati. Dan momentum malam Idul Fitri bukan kali pertama. Cornelis yang saat Pilgub berpasangan dengan warga Tionghoa, Christiandy Sanjaya, SE, MM amat sangat serius menghadiri serta membuka MTQ Provinsi Kalbar di Singkawang, menghadiri dan membuka Festival Budaya Melayu di Sanggau, dan aneka bentuk kebudayaan lintas etnis maupun agama.
Di malam Idul Fitri saat paling puncak umat Islam bergembira merayakan kemenangan puasa Ramadan, Gubernur mengucapkan selamat bergembira. Ia merasa turut berbahagia dengan kebahagiaan yang dirasakan umat Islam.
Ungkapan legal-formal tersebut, sekecil apapun bentuknya amat sangat tinggi nilai toleransinya. Nilai kebaikan ini amat patut dipuji, dipelihara dan terus ditumbuh-kembangkan di Kalbar. Tidak hanya hubungan etnis Melayu, Dayak, Tionghoa atau Islam, Katolik dan Protestan, tapi juga semua etnis dan agama.
Sebagai kepala daerah yang warganya heterogen, Cornelis mengaku tidak membeda-bedakan warganya. Ia selalu menekankan kepadas nilai-nilai positif yang bisa dinikmati bersama seperti kebudayaan, seni, hingga memacu industri pariwisata.
Kerinduan hati Cornelis sesungguhnya adalah kerinduan hati kita semua. Kita ingin daerah ini aman dan pembangunan tumbuh berkembang di segala bidang secara bersama-sama.
Saat ini tantangan semakin berat. Kita baru saja diganjar dengan kenaikan BBM dunia yang berdampak bagi kenaikan harga BBM Indonesia. Kali ini resesi yang melanda Amerika Serikat juga berdampak bagi Kalbar. Nilai ekspor turun hingga mencapai 15% sehingga semangat kebersamaan ini sangat penting dalam menjawab besarnya tantangan dan hambatan.□

0 komentar:

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger