Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka' Jubata....

Sabtu, 18 Oktober 2008

Karol: Permasalahan Remaja Perlu Perhatian


Dr. Karolin Margret Natasa sangat menaruh perhatian pada remaja. Sebagai seorang yang lulusan jurusan dokter, ia kemudian bersama dengan DPD Taruna Merah Putih melakukan seminar tentang kesehatan reproduksi bagi remaja yang diadakan di Gedung Kartini, Sabtu (18/10).

Dalam seminar tersebut ia menjelaskan dengan jelas ia mengemukakan tentang masa pubertas, alat reproduksi remaja, serta himbauannya agar berhati-hati dengan pergaulan bebas remaja.
Awal seminar, ia mengemukakan bahwa salah satu hakekat manusia adalah melanjutkan keturunan. Agar hal ini dapat dilaksanakan maka Tuhan memberikan alat reproduksi. Alat reproduksi ini sebenarnya sudah kita bawa sejak masih dalam kandungan ibu dan baru mulai berfungsi pada saat pubertas.
“Proses reproduksi merupakan proses yang harus diketahui bersama oleh pihak wanita dan pria, karena keduanya bertanggungjawab terhadap berhasilnya suatu proses reproduksi yang sehat,” ujar dr. Karolin Margret Natasa.
Ia juga membahas masa puber. Ia mengatakan bahwa masa puber berbeda antara perempuan dan pria. Bagi laki-laki dimulai pada usia 9-10 tahun dan berakhir pada usia 15-16 tahun, sedangkan bagi perempuan masa puber diawali lebih cepat aitu pada usia 9-15 tahun.
Sarannya, agar organ reproduksi dirawat dan terjaga kebersihannya dari jamur atau kutu yang menyebabkan gatal, terkena penyakit seperti keputihan, seperti keputihan, terkena penyakit kelamin dan bahkan infertile sementara.
Ia juga membeberkan permasalahan seksualitas pada remaja adalah dorongan seksual yang sudah meningkat namun secara normatif mereka belum menikah, belum diijinkan untuk melakukan hubungan seksual. “Harus hati-hati dalam pacaran, serta jangan berhubungan seks sebelum menikah,” ujarnya.
Karena, menurutnya banyak kerugian yang didapat apalagi bagi wanita oleh pria yang tak bertanggungjawab. Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang karena suatu sebab maka keberadaannya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi tersebut. KTD disebabkan karena kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai proses terjadinya kehamilan dan metode-metode pencegahan kehamilan, akibat terjadinya pemerkosaan atau akibat gagalnya alat kontrasepsi.
“Jangan percaya kepada mitos bahwa berhubungan seksual cerminan kasih sayang, itu hanya bohong belaka,” ujarnya.
Kerugian dan bahayanya KTD bagi remaja yaitu calon ibu merasa tidak siap untuk hamil, sulit mengharapkan adanya perasaan kasih sayang yang tulus dan kuat dari ibu yang mengalami KTD terhadap bayi, ibu yang mengambil tindakan aborsi yang dapat berakibat kematian dan kesakitan ibu serta pengaruh psikologis yang menekan.
“Saat ini di Indonesia masyarakat masih tidak bisa menerima single parents atau orang tua tunggal,” ujarnya.
Sejak 2 atau 3 tahun terakhir ini peningkatan penderita HIV, pemerintah menaruh perhatian yang cukup tinggi. Oleh karena itu komponen bangsa harus terus membantu pemerintah dengan segala upaya.
Ia juga prihatin dengan dunia remaja karena peningkatan kasus HIV.
“Remaja perlu pengetahuan yang benar tentang seks, agar mereka mengerti tentang HIV itu,” ujarnya.□Euodia Suryani/Borneo Tribune, Pontianak

0 komentar:

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger