Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka' Jubata....

Kamis, 21 Agustus 2008

Penutupan Mubes Timanggong dan Ultah Gubernur


Musyawarah Besar Timanggong Adat Dayak Kalbar yang pertama resmi ditutup. Mereka telah bermusyawarah mencari solusi dan masukan-masukan terbaik bagi eksistensi masyarakat adat selama empat hari. Kegiatan fenomenal tersebut ditutup di Pendopo Gubernur Kalbar.

Penutupan gelar akbar ini cukup unik. Kenapa? Karena dirangkaikan dengan perayaan hari ulang tahun orang nomor satu di Kalbar—Gubernur Cornelis—dan acara berjalan meriah serta semarak.
Acara yang didapuk Minggu, (28/7) itu dihadiri ratusan undangan yang sebagian besar adalah peserta dan panitia Mubes kegiatan yang baru pertama kali dirayakan secara spesial dan di tempat spesial itu mengundang decak kagum.
Warga Dayak yang selama bertahun-tahun sebelumnya seperti tidak berada di rumahnya sendiri malam itu berbahagia. Bersama warga lainnya dari berbagai komunitas etnis yang ada mereka mensyukuri kehadhirat Jubata (Tuhan), menikmati suasana penuh kekeluargaan dan persahabatan di Pendopo Gubernur.
Berbagai suguhan hidangan dan hiburan semakin menguatkan kesan sebuah pesta. Warga Dayak Kalbar memang patut bersyukur, selain sukses mengumpulkan para pemimpin dan tetua-tetua adat Dayak yang sebelumnya terserak, mereka bisa hadir merayakan pesta ulang tahun ke-55 seorang Putra Dayak terbaik. Malam itu Gubernur Cornelis yang berulang tahun terlihat berbahagia bersama sahabat, handai taulan dan orang-orang tercintanya.
Nyanyian selamat ulang tahun berkumandang memenuhi penjuru ruang. Saat Cornelis tiba memasuki ruangan bersama istri dan rombongan. Ia didaulat untuk tampil ke pentas dan memotong kue tart yang sudah disiapkan di atas pentas. Suasana gembira penuh sukacita memenuhi pendopo yang kini mulai penuh dengan ornament berlatar warna mewah.
Gubernur memotong kue ulang tahun. Potongan pertama ia berikan kepada sang wakil, Christiandy Sanjaya selanjutnya juga diberikan kepada Sekda Kalbar, Syakirman dan Ketua DAD Kalbar Thadeus Yus. Sementara potongan tumpeng diberikan oleh Gubernur kepada sang istri tercinta, Ny. Frederika. Hadirin bertepuk tangan gembira menyaksikan pemandangan mengharukan itu.
Yakobus Kumis, Ketua Panitia Mubes dalam laporan akhirnya mengaku gembira dan bahagia acara yang cukup penting itu bisa berakhir sukses. Menurutnya acara malam itu merupakan peristiwa bersejarah bagi warga Dayak Kalimantan Barat.
“Kita semua patut berbahagia karena malam ini kita menghadiri acara yang cukup bersejarah. Pertama kali dalam sejarah kita bisa melaksanakan acara di tempat paling istimewa ini,” ujarnya penuh semangat.
Yakobus Kumis mengabarkan bahwa kegiatan yang telah dilakukan selama empat hari tersebut memiliki makna yang sangat penting bagi kelangsungan kebudayaan masyarakat Dayak. Eksistensi budaya dan adat Dayak yang kian tergerus zaman sedikit banyak akan terbentengi dengan revitalisasi peran lembaga adat.
Lebih kurang empat ratus Timanggong hadir dalam Mubes yang pertama ini. Kehadiran mereka bukan tanpa perjuangan. Menurut Yakobus Kumis, para Timanggong yang rata-rata berusia lanjut itu menunjukkan semangat yang menyala-nyala untuk menjaga dan melestarikan adat dan budaya Dayak yang luhur.
Ada lebih dari 160 suku dan ratusan sub suku dalam komunitas masyarakat Dayak di Kalbar. Kehadiran para Timanggong dalam Mubes ini menurut Yakobus Kumis dalam tonggak sejarah penting bagi penduduk mayoritas di Kalimantan Barat ini.
Demikian juga dengan pembicara lain yang diminta mengemukakan isi hatinya di podium. Thadeus Yus, sebagai Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) juga mengungkapkan kebahagiaannya atas suksesnya perhelatan penting ini.
Sementara Cornelis ketika didaulat untuk berbicara atas nama Gubernur berbicara agak berbeda dengan pembicara sebelumnya. Dengan kemampuan retorikanya yang di atas rata-rata Gubernur semula hanya minta waktu lima menit untuk naik mimbar. Ia berbicara dengan kalimat yang tegas dan tajam tanpa teks.
“Adanya Timanggong, Domong dan istilah lainnya itu bukan dimulai pada zaman penjajahan Belanda. Jauh sebelum itu, istilah Timanggong, Domong itu dibawa oleh Raja-raja Islam. Mereka yang bawa dan perkenalkan ke Kalimantan Barat,” ujar Cornelis dengan suara lantang.
Gubernur yang memiliki gelar master di bidang hukum ini juga memberi ceramah hukum kepada hadirin. Menurutnya eksistensi hukum adat tidak bisa berlawanan dengan hukum positif yang dimiliki negara. Negara adalah pemegang otoritas tertinggi dari sebuah bangsa. Dengan kewenangannya yang bersifat memaksa, negara berhak mengatur banyak hal kata Cornelis.
“Nebis in idem, tidak boleh ada dua aturan hukum yang berlaku,” tegas Cornelis.
Meski berasal dari komunitas Dayak, Cornelis nampaknya tak ingin memanjakan saudara-saudaranya. Malam itu Gubernur Cornelis justru banyak melontarkan kritikan dan masukan bagi warga Dayak dan lembaga adatnya. Kepada pemangku adat Gubernur minta agar tidak lagi terjadi penyitaan dan penahanan alat produksi milik investor. Ia meminta para Timanggong menggunakan pendekatan diplomasi jika perselisihan dengan pihak perusahaan.
“Saya nda mau dengar lagi ada penyitaan alat berat lalu minta ganti rugi 800 juta, satu miliar,” kata sosok nasionalis ini.
Kepada warga Dayak yang kini masih banyak yang hidup bersahabat dengan kebodohan dan kemiskinan, Gubernur minta para Timanggong turun tangan memberi penyadaran. Menurut Cornelis anak Dayak harus sekolah, biar kejar pendidikan agar tidak terkejut melihat kemajuan yang didapat saudara-saudara yang lain. Selain itu mereka juga harus sehat.
“Ternak jangan dilepas nanti kalau dilepas berak sembarangan. Anak kita main bisa kena cacing. Kalau cacing sudah masuk ke darah, darah masuk ke otak. Kalau sudah ke otak bisa jadi idiot nanti anak-anak kita,” ujar Gubernur dengan nada bicara yang penuh gairah.
Mendengar Gubernur Cornelis berbicara hadirin terpana, larut dalam alur pembicaraan yang unik dan jauh dari kesan monoton. Setiap jengkal kalimat yang dilontarkan sarat dengan pesan. Waktu sepuluh menit yang semula diminta Gubernur ternyata kurang, hadirin minta Pak Gubernur meneruskan orasinya yang menghibur dan membangkitkan kesadaran. Kesempatan inipun dimanfaatkan Gubernur untuk menyampaikan pesan-pesan pembangunan. Tak hanya pembangunan fisik, pembangunan mental juga disampaikan oleh Gubernur Cornelis. Pada intinya Gubernur meminta warga Dayak bersama warga Kalbar lainnya bahu-membahu membangun Kalbar yang lebih maju. Lembaga adat diminta menjadi mitra pemerintah dalam pembangunan.
“Tidak bisa kita minta negara menyesuaikan dengan kita. Kita yang harus menyesuaikan diri dengan negara,” pesan Gubernur dalam salah satu petikan kalimatnya.□Budi Rahman/Borneo Tribune, Pontianak

0 komentar:

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger