Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka' Jubata....

Kamis, 31 Januari 2008

Udara Berbahaya, Penerbangan Delay

Kualitas udara Kota Pontianak dan sekitarnya terus merosot, menyusul kian tebalnya kabut asap yang membungkus kota. Bahkan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) mengumumkan kalau Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) sudah dalam kategori berbahaya.

Akibat kabut asap tebal ini, Otoritas Bandar Udara (Bandara) Supadio Pontianak pun terpaksa menunda jadwal penerbangan pagi karena jarak pandang di landasan pada pukul 06.00 hanya 400 meter saja. ”Ini berbahaya untuk penerbangan," kata General Manager PT Angkasa Pura II Bandara Supadio Pontianak, Syamsul Bachri.
Walau semakin siang udara membaik, tetapi jarak pandang pukul 06.50 masih 800 meter dan ini pun belum aman untuk penerbangan. Baru pukul 09.00 jarak pandang normal semula.
PT Angkasa Pura II Bandara Supadio Pontianak mencatat terdapat empat maskapai yang terganggu jadwalnya akibat kabut asap yakni Adam Air, Batavia Air, Lion Air, dan Sriwijaya Air. Umumnya maskapai ini menggunakan pesawat jenis Boeing 737 seri 200 - 400 dengan kapasitas angkut maksimal untuk 160 orang.
Kondisi kabut asap dan debu di musim kemarau ini membuat Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) Provinsi Kalbar, Tri Budiarto mengimbau masyarakat untuk tidak keluar rumah pada pukul 19.00 hingga dini hari. ”Tingkat berbahaya cenderung pada pukul 21.30 hingga 00.30, sudah kategori udara tidak sehat,” kata Tri kepada sejumlah wartawan di Pontianak, Senin (21/1) kemarin.
Hasil pantauan Bapedalda, kondisi udara di Kota Pontianak dan sekitarnya terus memburuk sejak Jumat (18/1) hingga Senin (21/1) kemarin. Pada Jumat lalu kata Tri, selama 4,5 jam.
Sabtu (19/1) berkisar selama 5 jam yang menunjukkan warna kuning, sedangkan pada Minggu (20/1) mencapai 6,5 jam, antara pukul 00.00 hingga 02.00 dan 19.00 hingga 21.00. Warna kuning menunjukkan kondisi udara yang tidak sehat.
“Perkembangannya cenderung sama, perubahan tersebut sering terjadi malam hingga dini hari, jadi kita meminta masyarakat tidak keluar rumah pada jam tersebut,” imbau Tri.
Tri mengatakan, ISPU pada Jumat pukul 00.00 hingga 01.30 berwarna kuning atau tidak sehat, pukul 04.00-18.00 berkategori sedang dan sehat, kemudian beranjak pada pukul 18.30-21.00 kembali udara menjadi tidak sehat. Pukul 21.00-00.00 udara menjadi berbahaya.
Sabtu, pukul 00.00-01.30 kembali kondisi udara menjadi tidak sehat, sedangkan pada pukul 01.30-18.30 berubah menjadi warna hijau dan biru atau berangsur baik dan sedang, lalu pada pukul 18.30-21.00 menjadi kurang sehat, dan pukul 21.00-22.30 berubah sedang. Pukul 22.30 sampai tengah malam udara kembali tidak sehat.
Minggu pukul 00.00-00.30 tidak sehat, pukul 00.30-01.00 sangat tidak sehat, pukul 01.30-02.30 tidak sehat, pukul 22.00 hingga tengah malam berubah menjadi berbahaya.
Sedangkan pukul 00.30-01.30 kemarin kondisi udara masih tidak sehat, ISPU mencapai 131 pada pukul 00.31, sedangkan pukul 06.00 hingga siang kemarin turun ke angka 77, artinya kondisi udara berkategori sedang.
Melihat kondisi seperti ini Tri me-warning seluruh masyarakat untuk tidak membakar lahan, karena dampaknya yang berbahaya bagi kesehatan manusia.

88 Titik Api
Sejak awal Januari satelit national Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) mendeteksi tak kurang dari 88 hotspot. Ini jumlah tertinggi dibandingkan 2007 lalu yang hanya terdeteksi titik api di bulan Februari, yaitu 28 titik.
Menurut Tri, penyebab lebih awalnya musim panas yang menyebabkan banyak sekali titik api awal tahun ini adalah karena perubahan iklim yang tidak menentu. Seharusnya bulan Januari ini Kalbar masih muncul hujan, tetapi pada kenyataannya sudah dua minggu terakhir tidak pernah turun hujan sehingga menyebabkan lahan menjadi kering. Hal itulah yang menyebabkan banyaknya titik api yang timbul. Padahal tahun lalu, pada bulan Januari belum ada titik api karena masih dicurahi hujan.
Kasubid Penanggulangan Kerusakan Lingkungan Bapedalda Kalbar, Tjipto Susilo mengatakan, tahun 2007 jumlah titik api yang terdeteksi secara keseluruhan 7511. Paling banyak pada bulan Agustus dan September yaitu sebanyak 3440 titik api dan daerah yang terbanyak titik apinya adalah di Kabupaten Kapuas Hulu 577 (Agustus) dan Kabupaten Ketapang 1055 (September).
Akibatnya udara tercemar asap, terganggunya transportasi udara, menimbulkan penyakit seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).
Kondisi ini menambah buruk citra bangsa Indonesia di mata internasional.
Sementara itu Kasubid Unit Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Dinas Kehutanan Kalbar, Soenarno mengatakan upaya yang dilakukan pihaknya mengatasi kondisi ini adalah mendeteksi secara dini lokasi kebakaran. ”Kita mengetahui informasi tersebut langsung dari Departemen Kehutanan RI melalui internet,” tambahnya.
Sunarno juga menegaskan bahwa Departemen Kehutanan akan secepatnya mengoperasikan helikopter Kamov Ka-32A buatan Rusia untuk penanggulangan kebakaran lahan yang kini marak. Helikopter ini mampu mengangkut air antara 3.000 - 5.000 liter setiap kali terbang dan "dibuang" dengan cara ditembakkan atau dituang.
"Departemen Kehutanan sekarang tengah menyiapkan izin terbang untuk pilotnya karena berasal dari Korea Selatan," katanya.
Tahap kedua, memberikan peringatan dini kepada masyarakat dengan kondisi yang ada saat ini, di mana dengan kondisi panas ini, mereka mengimbau masyarakat tidak membakar lahan pada musim kering. Peringatan tersebut disebarkan melalui televisi dan radio. Apabila kebakaran yang terjadi sudah cukup banyak dan parah upaya terakhir adalah pemadaman langsung ke titik api. Pencegahan lain adalah membuat parit di sekitar kebakaran sedalam 2 meter menggunakan eskavator milik Dinas PU.
Dalam rangka melakukan pemadaman, Kasubid Unit Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Dishut Kalbar, S. Kusnadi mengatakan pihaknya bekerjasama dengan pemadam kebakaran Manggala Agni milik BKSDA Kalbar, Unit Pemadam Kebakaran Hutan dan Lahan Dishut, melibatkan pemadam kebakaran swasta di bawah koordinasi Kesbanglinmas Provinsi Kalbar.
Diakui tidak dapat berjalan dengan mulus karena terdapat banyak kendala lapangan termasuk fasilitas, sumber air, lokasi jauh, angin kencang dan lahan gambut yang terlalu tebal. Akhirnya mereka melakukan cara konvensional, yaitu mengirim air dengan cara estafet.
Kebakaran yang terjadi selama bulan Januari, paling banyak menyumbang asap ada pada 7 Kecamatan, yaitu Kecamatan Rasau Jaya, Terentang, Kakap, Sei Raya, Teluk Pak Kedai, Kubu Raya dan Sei Ambawang.■Borneo Tribune/Pontianak

0 komentar:

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger