Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka' Jubata....

Senin, 15 Maret 2010

Menbudpar: Gubernur Kalbar Cerdas


Pontianak--Tidak sah rasanya mengulas sukses acara Festival Cap Go Meh perdana di Jalan Diponegoro tanpa menyebutkan pujian Menbudpar kepada Gubernur Kalbar. Kendati kisah ini disaksikan ribuan pasang mata dan telinga, namun ada baiknya dikisahkan kembali.

Pada saat acara seremonial pembukaan festival suasana formal tak terhindar. Dimulai dengan kata sambutan Ketua Majelis Adat Budaya Tionghoa (MABT) Harso Utomo Suwito, dilanjutkan dengan Kepala Dinas Pariwisata, Kamaruzzaman serta Walikota Pontianak, Sutarmidji. Semua menabalkan formalitas kata sambutan dengan isi yang sudah sistematis dan sistemik.
Nah, tiba gilirannya Gubernur Kalbar, Cornelis. Beliau melangkah naik ke panggung. Dan di panggung, orang nomor satu di Kalbar ini menjadi “singa podium”.
Pertama yang dilakukannya adalah dengan tidak menaiki podium kehormatan yang sudah digunakan oleh para tokoh pendahulunya. Cornelis hanya menggapai sebuah mikrofon. Mikrofon ini mikrofon spesial. Spesial karena sudah diamati sejak semula acara berlangsung, bahwa dia punya volume suara yang lebih keras, jelas dan jernih. Adapun mikrofon resmi yang ada di corong podium hasil atau output suaranya rendah terpendab.
“Begini lebih baik,” ungkap singkat Cornelis disambut applaus hadirin. Posisi Cornelis hanya sekira satu meter di sisi kanan panggung jika kita lihat dari depan. Dan posisinya hanya berjarak sekitar dua mater dari pembawa acara yang berada di belakangnya.
Cornelis tampil berpidato tanpa teks. Justru tampil tanpa teks inilah yang ditunggu-tunggu massa. Massa agaknya tidak suka yang formal-formal.
“Saya tidak mau bicara berpanjang lebar. Yang ingin saya katakan hanya satu. Bahwa kita harus mengucapkan terimakasih kepada para tokoh yang telah banyak membantu sehingga kegiatan ini bisa terselenggara.” Applaus bergemuruh memberikan semangat.
“Kedua, kita harus mengucapkan terimakasih kepada Bapak Walikota. Bapak Sutarmidji, karena tanpa seizinnya, festival ini tak akan bisa diselenggarakan di tempat ini.”
“Ketiga, kita harus mengucapkan terimakasih kepada bapak Kapolda beserta jajarannya yang telah berhasil mengawal keamanan dan ketertiban. Sebab, walaupun duit kita berkarung-karung jika keadaan tidak aman, tidak akan ada gunanya,” imbuhnya disambut derai tawa sekaligus tepuk riuh bergemuruh.
Derai tawa meledak karena idiom duit berkarung-karung berkorelasi dengan besarnya dana anggaran yang dibutuhkan serta sulitnya dana didapatkan. Sebaliknya kerikil-kerikil kecil keamanan amat mudah ditemukan, apakah bersifat pemerasan langsung maupun tak langsung.
Begitulah Cornelis dengan kepiawaiannya berorasi sekaligus memilih kata-kata sederhana berhasil mencairkan suasana. Tetamu riang terbahak-bahak. Bahkan Kapolda yang duduk di deretan bangku terdepan pun tak sanggup menahan tawa karena diri dan instansinya disebut-sebut. Apalagi jika dibandingkan nilai keamanan dengan duit berkarung-karung tidak ada bandingannya.
Cornelis yang tidak naik di podium menambah lues geraknya yang bisa terlihat di kiri dan kanan massa. Di akhir pidatonya yang singkat, Beliau hanya mengisi dengan, “Mari kita dengarkan secara bersama pidato Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Bapak Jero Wacik yang membawa pula pesan-pesan khusus Bapak Presiden Republik Indonesia. Gong xi fat cai. Sin chia ju’i.”
Dua kalimat terakhir dalam langgam dan dialek China berhasil diluncurkan Cornelis. Dan semua orang pun tertawa lebar. “Benar-benar memukau,” kata warga. “Hebat Pak Cornelis, pandai Beliau ngambil hati masyarakat,” timpal yang lain. “Kalau mau belajar retorika, kepada Beliau boleh kita belajar,” ungkap tokoh masyarakat, Kristianus Atok.
“Gubernur cerdas secerdas saya,” puji Menbudpar, Jero Wacik. “Sebab sebelum saya tampil ke podium, saya juga sudah mikir untuk menggunakan mikrofon ini,” tutur Wacik juga disambut tepuk tangan meriah.
Jero Wacik kemudian menyampaikan pesan-pesan Presiden RI bahwa ada empat hal yang sudah final di NKRI. Pertama Pancasila. Kedua, UUD 1945. Ketiga, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keempat, Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Itulah Indonesia, tanah air kita. (borneotribune.com)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Salut Pak Cornelis..Mudah2an bapak masih ingat saya..Saya adalah karyawan BankExim yang pernah bekerjasama dengan bapak dalam menyelesaikan tanah Rokan Group, sehingga aset BankExim dapat diselamatkan..Kalau ada waktu saya ingin bertemu dengan Bapak..
Regards
Sutan Ricky - Jakarta

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger