Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka' Jubata....

Minggu, 16 Maret 2008

Audiensi Umat Hindu dengan Gubernur

Cornelis: Pemerintah Mengayomi Semua Agama


Ada enam agama besar yang paling banyak dianut penduduk Indonesia, yaitu Islam, Kristen Protestan dan Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Sebelumnya, pemerintah Indonesia pernah melarang pemeluk Konghucu melaksanakan agamanya secara terbuka. Namun, melalui Keppress No. 6/2000, Presiden Abdurrahman Wahid mencabut larangan tersebut. Tetapi sampai kini masih banyak penganut ajaran agama Konghucu yang mengalami diskriminasi dari pejabat-pejabat pemerintah di Indonesia.

Oleh karena itu, mulai saat ini dan kedepan, jangan ada lagi sikap diskriminasi terhadap agama-agama tertentu, terlebih oleh pejabat pemerintah. Sebab keberadaan agama yang diakui negara sama, termasuk agama Hindu yang di Kalbar ini.
“Keberadaan agama Hindu termasuk dalam enam agama yang diakui Negara. Pemerintah akan mengayomi semua agama, tidak peduli apakah agama itu mayoritas atau minoritas,” tegas Gubernur Kalbar, Drs. Cornelis, MH, ketika menerima audensi umat Hindu Kalbar yang tergabung dalam Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) di Kantor Gubernur, Selasa (4/3).
Menurut Cornelis, tidak ada agama yang diistimewakan, semuanya sama. Untuk itu Ia berharap kepada umat Hindu, walaupun di Kalbar sebagai agama yang minoritas, namun tetap mampu berperan dalam pembangunan di daerah ini.
Ia mengatakan, peran serta umat Hindu dalam pembangunan tidak hanya dengan bekerja pada instansi pemerintah saja, tetapi dengan menjaga kerukunan antar umat beragama, itu lebih nyata.
“Jika umat beragama sudah rukun, proses pembangunan akan berjalan lancar,” ujar Cornelis.
Ia juga menjelaskan, jika semuanya berjalan lancar maka akan saling keterkaitan satu satu lainnya, seperti di sektor ekonomi, sosial, budaya, lingkungan dan banyak lagi sehingga akhirnya membantu pemerintah program pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya.
Sementara itu, mewakili umat Hindu yang ikut dalam audiensi, Pandita Putu Dupa Bandem, mengungkapkan rasa terimakasihnya kepada Gubernur yang merencanakan dapat hadir dalam perayaan Tahun Baru Saka bersama yang rencananya diadakan pada tanggal 19 Maret mendatang.
Menurut Putu, menyambut Tahun Baru Saka kali ini, ada dua kegiatan besar, yakni ritual dan nonritual. Untuk acara ritual, dimulai sejak tanggal 2 Maret kemarin dengan melakukan penyucian diri untuk menyambut hari raya Nyepi, disebut juga Melasty yang dipusatkan di Pantai Kijing. Sedangkan pada tanggal 3, 4 dan 5 Maret dilakukan upacara Nyejer atau menstanakan Tuhan YME yang dimanifestasikan dengan para Dewa.
Kemudian pada tanggal 6 Maret, dilakukan Tawur Kesanga atau upacara tutup tahun Saka dengan kegiatan berupa Tawur Agung Kesanga yang artinya memohon kepada Tuhan YME agar diberikan keharmonisan dan keseimbangan alam semesta serta permohonan kesejahteraan kepada masyarakat.
Selanjutnya pada tanggal 7 Maret atau 1 Sasih Kedasa Tahun Saka 1930, umat Hindu menyambut Tahun Baru Saka dengan Nyepi. Selama satu hari itu, mereka akan berpuasa (tidak makan dan minum) sambil melakukan Catur Brata penyepian.
Lebih lanjut Putu menjelaskan ada empat bagian yang terkandung dalam Catur Brata, yaitu Amati Geni atau tidak menyalakan api. Amati Karya atau tidak bekerja secara fisik. Amati Lelengan atau tidak berpergian dan terakhir Amati Lelanguan atau tidak berfoya-foya.
Dan pada tanggal 8 Maret, mereka akan kembali membuka pintu supaya dapat saling silahturahmi antar satu sama lain atau disebut Ngembak Geni.
Selain memaparkan acara ritual, Putu juga mengungkapkan acara non ritual yang akan yang meliputi pengobatan massal, donor darah, dan beraneka macam perlombaan. “Dengan kegiatan itu, kiranya perayaan Tahun Baru Saka kali ini dapat berjalan lancar dan meriah. Dan yang terpenting, umat Hindu semakin menuju kearah yang lebih baik,” pungkasnya.□Krisantus/Borneo Tribune

0 komentar:

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger