Adil Ka' Talino, Bacuramin Ka' Saruga, Basengat Ka' Jubata....

Rabu, 20 Agustus 2008

Gubernur Buka Gawai Dayak Sanggau


Tarian koloborasi tiga etnis yakni Dayak, Melayu dan Tionghoa membuka secara resmi Gawai Dayak Kabupaten Sanggau 2008, Sabtu (5/7) kemarin. Tarian itu, melambangkan keakraban antar etnis yang mendiami Bumi Daranante sejak lama. Usai tarian acara dilanjutkan dengan pomang di temparok lokasinya tak jauh dari pentas. Pomang kali ini dipercayakan kepada DAD Kecamatan Kembayan. Berbagai ritual adat beserta perlengkapanya telah siap di Temparok. Tukang pomang tampak komat- kamit membacakan doa. Sejumlah pejabat dan masyarakat hadir dalam even itu tampak menyimak.

Momen gawai Dayak adalah sarana yang tepat untuk menunjukkan, mempertahankan dan melestarikan budaya Dayak Sanggau. Dilestarikan karena budaya Dayak harus dijalankan secara turun temurun biar tidak menghilang dari peradaban.
Gawai Dayak kali ini seyogianya dibuka Gubernur Kalbar Cornelis, namun karena ada kegiatan PON di Kalimantan Timur, acara pembukaan gawai diwakilkan kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kalimantan Barat, Rehat Natsir Silalahi. Saat membacakan sambutan Gubernur. Ia menyampaikan permohonan maaf Gubernur karena tidak bisa menghadiri acara itu.
Menurutnya, gawai Dayak adalah merupakan bagian dari integral bangsa Indonesia. Masyarakat Dayak sejak lama masih mempertahankan serta memelihara adat dan budaya, baik dari musik, hukum adat maupun bidang lainnya. Budaya atau gawai Dayak Sanggau haruslah dilestarikan. Karana merupakan aset budaya bangsa.
“Masyarakat Dayak umumnya sudah lama memelihara budaya ini secara turun-temurun,” katanya.
Dengan kondisi yang ada saat ini, budaya mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan menjadi aset wisata. Untuk mewujudkan wisata budaya yang mempunyai nilai jual tidaklah mudah. Butuh kerjasama antarmasyarakat dan pemerintah.
Ketua Panitia Gawai Dayak 2008 Yordanus Pinjamin, S, Pd, mengungkapkan gawai Dayak Sanggau merupakan wujud syukur kepada Sang Pencipta atas segala berkah yang diberikan. Terutama saat panen padi pada musim tanam 2008 lalu. Di samping ucapan syukur kepada Sang Pencipta.
Gawai itu sendiri juga mempunyai makna untuk menggali dan melestarikan budaya yang diwariskan nenek moyang. Karenanya digagas beberapa even yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat Dayak, yaitu lomba tari kreasi, lomba lagu daerah, memasak panco, mengayam ragak dari rotan, pangka’ gasing, menyumpit, memarut kelapa dan lomba domamankng-domia (Bujang-Dara).
“Dalam acara ini sebenarnya kita juga mengundang presiden Dayak Malaysia, sebentar lagi mereka datang,” kata Penjamin.
Ketua DAD Sanggau F Andeng Suseno, menjelaskan bahwa pemeliharaan budaya merupakan bentuk pelestarian. Sehingga jati diri bangsa bisa terwujud. Ia mengisahkan acara gawai Dayak dari tahun 2005 atau awal penyelengaraan.
“Kita berharap setiap tahunnya acara ini jauh lebih baik,” terangnya.
Ketua DAD Kalbar Thadeus Yus, menjelaskan tanpa budaya, Dayak akan kehilangan jati diri. Dengan adanya lembaga adat atau diharapkan budaya dayak dapat lebih hidup. Sebagai arah pelestarian itu DAD Kalbar merencanakan akan menggelar Mubes Timanggong se-Kalimantan Barat.
“Ini dimaksudkan agar budaya kita dapat dilestarikan,” terangnya.
Bupati Sanggau, Yansen Akun Effendi mengungkapkan bahwa gawai Dayak merupakan bentuk penggalangan nilai-nilai tradisional.□Herkulanus Agus/Borneo Tribune, Sanggau

0 komentar:

 
Copyright  © 2007 | Design by uniQue             Icon from : FamFamFam             Powered by Powered By Blogger